 |
| Penampilan apik Klono sewandono dalam FNRP ke-XXX tahun 2025 |
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) XXX resmi berakhir Rabu (25/6/2025) malam. Sebanyak 11 grup dari berbagai daerah menutup rangkaian acara di panggung utama Alun-alun Ponorogo dengan pertunjukan yang memikat, bukan hanya bagi warga lokal, tapi juga penonton dari luar negeri.
Pasangan wisatawan asal Perancis, Patrick dan Agnes, tampak terpukau. "Reog ini sangat luar biasa, sangat indah dan saya menyukainya," ucap mereka.
Tak hanya mereka, pelancong dari Cina, Jepang, bahkan Eropa dan Amerika ikut hadir sepanjang festival.
Wakil Bupati Ponorogo, Lisdyarita, menyebut kehadiran wisatawan asing sebagai bukti kuat daya tarik FNRP.
“Yang dulu dianggap festival biasa, kini benar-benar luar biasa. Harapannya ke depan lebih banyak lagi yang tampil dan berpartisipasi,” katanya.
FNRP XXX diikuti sekitar 40 grup dari berbagai penjuru nusantara. Pada malam terakhir, panggung diwarnai aksi Reyog Brawijaya dari Universitas Brawijaya Malang.
Dengan sembilan Singo Barong menari serempak, mereka tampil garang sekaligus indah—meneruskan reputasi sebagai runner-up FNRP XXIX tahun lalu.
Grup lain tak kalah inovatif, membawa elemen seni daerah asal, dari musik, koreografi, hingga kostum yang menggambarkan kekayaan budaya masing-masing.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, menyampaikan apresiasinya atas kelancaran seluruh rangkaian Grebeg Suro 2025, termasuk Festival Reog Remaja (FRR) XXI yang digelar lebih dulu. Ia mengakui masih ada kekurangan, namun juga banyak kemajuan yang patut diapresiasi.
"Mohon maaf jika ada kekurangan. Kami akan evaluasi dan benahi agar tahun depan lebih baik," ujarnya.
Grebeg Suro 2025 membuktikan bahwa Reog bukan sekadar tradisi lokal, melainkan kekuatan budaya yang terus mendunia.
FNRP XXX jadi bukti bahwa Ponorogo tak hanya menjaga warisan, tetapi juga memperluas pengaruh budaya hingga ke ranah internasional.
Penulis : Nanang
Posting Komentar