Nurwakit Bongkar Dugaan Ketidakadilan: Jaminan Tak Masuk Akal, Bayaran Tak Kunjung Cair

Muhammad Nurwakit,
Pemborong asal Madiun yang masih menunggu pembayaran dari Prabu Motor 

MADIUN, SINYALPONOROGO
 – Nurwakit, kontraktor asal Madiun yang mengerjakan proyek showroom Prabu Motor di Desa Glonggong, Kecamatan Dolopo, Madiun, mengungkapkan pengalamannya yang pahit selama menangani proyek tersebut. Ia menyebut bahwa pembayaran progres proyek senilai Rp 800 juta tak kunjung cair, sementara dirinya justru diminta memberikan jaminan yang dinilai tak masuk akal.

Menurut Nurwakit, Doni Prabu—pemilik showroom—meminta kontraktor menyerahkan jaminan saat mengajukan pencairan dana progres pekerjaan. Hal itu juga dialami rekan-rekan kontraktor lain yang terpaksa menyerahkan sertifikat sebagai jaminan.

"Kami ini punya SPK (Surat Perintah Kerja), kok malah diminta jaminan? Dari sekian banyak kontraktor yang mengerjakan proyek di Prabu Motor, tidak ada satu pun yang dibayar 100 persen. Selalu ada alasan untuk menunda pembayaran," ujar Nurwakit.

Mobil Pick-up Dijual Sepihak

Selain persoalan pembayaran, Nurwakit juga kecewa lantaran mobil pick-up SS tahun 1995 miliknya yang dijaminkan untuk meminjam uang Rp 17 juta justru dijual tanpa pemberitahuan. Padahal, menurut kesepakatan awal, pinjaman itu akan dipotong saat pencairan progres proyek.

"Dua hari setelah saya pinjam uang, anak buah saya memberi tahu kalau mobil saya diposting oleh pihak Prabu Motor dan sudah terjual. Informasinya, mobil itu laku Rp 24 juta," jelasnya.

Nurwakit menilai tindakan ini sebagai bentuk ketidakadilan yang semakin memperburuk keadaannya. Ia merasa terjebak dalam sistem yang membuat kontraktor sulit mendapatkan haknya, sementara pihak showroom justru memanfaatkan celah untuk menekan pembayaran.

Pekerjaan Selesai, Tapi Bayaran Tak Kunjung Cair

Nurwakit juga membantah klaim bahwa dirinya tidak menyelesaikan pekerjaannya. Ia menegaskan bahwa berbagai pekerjaan telah diselesaikan, termasuk memperbaiki pagar showroom yang sempat roboh.

"Pagar showroom itu sempat roboh dan kami yang menggantinya. Prabu Motor tidak kehilangan apa pun, justru kami yang harus membangun ulang dengan biaya yang dipotong dari nilai proyek. Padahal itu kesalahan pengawas proyek," katanya.

Ia menegaskan bahwa pembayaran Rp 800 juta bukan hanya haknya pribadi, melainkan juga milik para pekerja dan pemasok material yang sudah mengeluarkan tenaga serta bahan bangunan untuk proyek tersebut.

"Kami hanya menuntut hak yang memang sudah seharusnya kami terima. Kami akan kejar hak ini sampai kapanpun. Sebagai orang beriman, harusnya dia tahu ajaran agama: ‘Bayarlah upah pekerjamu sebelum keringatnya kering’,” tegasnya.

Janji Dermawan, Tapi Hak Pekerja Diabaikan?

Nurwakit juga menyoroti pernyataan Doni Prabu dalam video klarifikasinya yang menyebut bahwa dirinya rutin mengeluarkan sedekah ratusan juta rupiah setiap bulan untuk anak yatim dan kaum dhuafa. Namun, di sisi lain, ia justru menunda pembayaran hak para pekerja.

"Saya sangat menghargai kebiasaannya membantu orang lain. Tapi kenapa urusan dengan kami, yang sudah bekerja keras untuk proyek ini, justru digantung tanpa kejelasan?" katanya.

Nurwakit berharap agar permasalahan ini segera mendapat penyelesaian. Ia menegaskan tidak akan tinggal diam sampai haknya dan hak para pekerja benar-benar dibayarkan.

"Kalau memang benar-benar berpegang pada ajaran agama, harusnya tidak tega membiarkan hak pekerja terkatung-katung seperti ini," pungkasnya.(Nang).

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama

🌐 Dibaca :