Kantor Desa Beton Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Proses pengisian perangkat desa di Desa Beton, Kecamatan Siman, Ponorogo, kembali memanas. Warga bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menolak pencalonan istri Kepala Desa Beton, Totok Ismu, sebagai Sekretaris Desa (Sekdes). Meskipun secara aturan tidak ada yang dilanggar, namun secara etika, warga menilai hal itu tidak pantas dan berpotensi menciptakan konflik kepentingan.
Ketua RT 03 RW 03 Dusun I Desa Beton, Jainun, menegaskan bahwa masyarakat masih trauma dengan kejadian serupa di masa lalu. Sebelum kepemimpinan Totok Ismu, desa ini pernah mengalami kasus serupa di mana kepala desa dan sekdes merupakan pasangan suami-istri.
Saat itu, warga menolak keras, namun janji mundur salah satu pihak tidak ditepati, hingga berujung pada aksi demonstrasi yang membuat desa tidak kondusif.
“Kita semua trauma, tidak ingin peristiwa itu terulang. Meskipun tidak ada aturan yang dilanggar, ini menyangkut etika dan kepantasan,” ujar Jainun, Selasa (11/3/2025).
Menurutnya, besok (12/3/2025) akan digelar rapat bersama tokoh masyarakat dan BPD untuk membahas polemik ini. Jika kepala desa tetap bersikeras mempertahankan istrinya sebagai kandidat sekdes, warga tidak akan tinggal diam.
Camat: Masalah Etika Jadi Sorotan
Camat Siman, Setya Antari, membenarkan bahwa polemik ini masih dalam tahap musyawarah. Ia menegaskan bahwa dari segi regulasi, tidak ada aturan yang dilanggar dalam pencalonan istri kepala desa sebagai sekdes. Namun, dari sisi etika, hal ini menimbulkan penolakan luas di kalangan masyarakat.
“Kami terus berupaya mendudukkan masalah ini secara baik melalui musyawarah. Harapannya ada jalan keluar yang disepakati bersama,” kata Setya.
Kades Bungkam, Warga Siap Bertindak
Di tengah sorotan publik, Kepala Desa Beton, Totok Ismu, memilih bungkam. Upaya media untuk mengonfirmasi sikapnya melalui telepon tidak mendapat respons. Bahkan, ketika didatangi ke rumahnya, kondisi rumah terlihat sepi meskipun sudah diketuk berkali-kali.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa situasi di Desa Beton semakin memanas. Jika kepala desa tetap memaksakan istrinya menjadi sekdes, BPD dan warga memastikan akan ada perlawanan. Mereka mendesak salah satu pihak mengundurkan diri agar konflik tidak berlarut-larut.
“Kami ingin ada kejelasan. Kalau tetap dipaksakan, mungkin akan ada aksi dari warga,” kata salah satu tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.
Rapat penentuan besok menjadi titik krusial. Apakah kepala desa akan mendengarkan aspirasi warga, atau justru mempertahankan keputusannya? Jika tak ada solusi yang diterima kedua belah pihak, bukan tidak mungkin Desa Beton kembali dilanda gejolak.(Nang).
Posting Komentar