Para koordinator jamaah umroh gratis geruduk kantor CV IMAP Desa Ploso Jenar Kauman Ponorogo
PONOROGO, SINYALPONOROGO - Mimpi puluhan warga dari berbagai daerah untuk menunaikan ibadah umrah secara gratis melalui program yang dijanjikan CV. Intan Mina Abadi Putra (IMAP) kandas di tengah jalan. Alih-alih berangkat ke Tanah Suci, para calon jemaah justru kini harus menanggung malu, kecewa, dan kerugian secara moril maupun materil.
Program bertajuk “Umrah Gratis” yang diklaim disponsori dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari tujuh perusahaan besar nasional, seperti PT Paiton Energy, PT Dua Kelinci, hingga Jhonlin Baratama Group, ternyata hanya isapan jempol belaka.
Hingga pertengahan Mei 2025 ini, tidak ada satu pun jemaah yang diberangkatkan. Yang tersisa hanya kebingungan, janji yang tak ditepati, dan paspor jemaah yang sempat disandera biro travel.
Selasa, 13 Mei 2025, puluhan koordinator jemaah dari berbagai daerah seperti Wonosobo, Trenggalek, dan Ponorogo mendatangi kantor CV IMAP yang berada di Dukuh Karangan, Desa Plosojenar, Kecamatan Kauman.
Mereka menuntut kejelasan dan meminta agar paspor milik para jemaah dikembalikan.
Namun, kantor tersebut tampak sepi. Agus Rahmanto, Komisaris sekaligus Manajer Operasional CV IMAP, tidak berada di tempat.
Hanya istrinya yang menyaksikan pengembalian puluhan paspor dari pihak biro travel kepada para koordinator jemaah.
Biro Travel Juga Jadi Korban
Ibu Ana, perwakilan biro perjalanan yang sempat digandeng CV IMAP, mengaku turut menjadi korban. Pihaknya selama ini tidak menerima sepeser pun dana talangan atau down payment (DP) dari CV IMAP sebagaimana dijanjikan.
Padahal dalam kesepakatan awal, biro akan menerima DP sebesar Rp5 juta per jemaah dan jadwal keberangkatan direncanakan pada Januari 2025.
“Sejak November 2024 kami sudah buat Surat Keputusan Bersama, paspor jemaah kami serahkan sebagai bukti kesepakatan. Tapi hingga sekarang tidak ada tindak lanjut. Justru paspor-paspor itu disimpan dan tidak dikembalikan,” ungkap Ana.
Ia menegaskan, biro merasa dikhianati dan kini memilih mengembalikan seluruh paspor yang jumlahnya mencapai ratusan kepada koordinator jemaah, demi menjaga nama baik dan tanggung jawab moral terhadap para calon jemaah.
Rasa Malu dan Tanggung Jawab
Agus Martono, koordinator asal Wonosobo, datang langsung ke Ponorogo untuk mengambil paspor milik 22 jemaah yang ia rekrut. Wajahnya tampak murung namun tegas saat menyampaikan penyesalan mendalam.
“Saya sudah tidak tahu harus bilang apa ke jemaah. Yang saya tahu, dulu dijanjikan semua ditanggung. Tapi kenyataannya, malah kami diminta biaya ini-itu. Saya ini sudah terlanjur malu, makanya paspor ini harus segera saya kembalikan,” katanya lirih.
Setiaji Al Khoriah, koordinator asal Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, membawa beban lebih berat. Ia merekrut lebih dari 200 jemaah dan kini harus menjelaskan kegagalan program ini satu per satu.
“Ini bukan hanya soal gagal berangkat, tapi soal kepercayaan yang kami bawa. Kami berharap ada keadilan,” tegas Setiaji.
Berujung Jalur Hukum
Di tengah ketidakjelasan ini, para koordinator kini tengah menggodok langkah hukum. Didampingi anggota Polsek Kauman yang hadir saat pengembalian paspor, mereka sepakat untuk segera melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian.
“Kami dapat informasi bahwa Agus Rahmanto masih menawarkan program serupa dengan sasaran pelaku UMKM. Kalau ini dibiarkan, akan banyak korban lagi. Maka kami sepakat, kasus ini harus diusut tuntas,” kata seorang koordinator yang enggan disebutkan namanya.
Program umrah gratis yang semula dipromosikan sebagai bentuk CSR justru berubah menjadi potret nyata penipuan berkedok ibadah. Kini, yang tersisa hanyalah rasa kecewa dan kehilangan kepercayaan.
Meski demikian, para koordinator tetap menyandarkan harapan pada keadilan dan pertolongan Tuhan.
“Kalau bukan lewat program ini, mungkin Allah akan bukakan jalan lain,” ujar Agus Martono, menutup pertemuan dengan mata berkaca.
Penulis : Nanang
Posting Komentar