Cepat Tanggap, Nyawa Selamat: SPGDT Ponorogo Siaga 24 Jam untuk Warga

Armada PSC siap 24 jam non stop melayani masyarakat (foto Kominfo)
PONOROGO, SINYALPONOROGO - Ketika sirine ambulans meraung di jalanan Ponorogo, di balik bunyi itu ada kerja senyap tim Public Safety Center (PSC) 119. Mereka adalah garda terdepan dari Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), sebuah mekanisme tanggap darurat yang dikawal langsung oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Ponorogo.
“Kecepatan respons adalah kunci keselamatan. Time saving is life saving,” tegas Hariyono Setyo Widodo, Ketua Tim Kerja Pelayanan Kesehatan Rujukan Dinkes Ponorogo. Dalam sistem ini, waktu bukan sekadar detik — tapi penentu hidup dan mati sebagaimana dilansir berita Kominfo Rabu, 29/10/2025.
SPGDT dirancang agar semua lini bergerak serentak. Begitu laporan masuk ke PSC 119, petugas perawat dan bidan yang berjaga 24 jam langsung meluncur. Mereka bekerja dalam tiga shift tanpa jeda, memastikan seluruh wilayah Ponorogo bisa dijangkau — bahkan daerah terpencil sekalipun, berkat jaringan puskesmas dan radio medik yang terhubung ke rumah sakit.
![]() |
| Markas PSC Ponorogo komplek gedung terpadu (foto Kominfo) |
“Melalui radio medik, kami bisa langsung memantau ketersediaan tempat tidur di rumah sakit. Jadi ketika pasien butuh rujukan, keputusan bisa diambil cepat dan tepat,” ujar Hariyono.
Namun, SPGDT bukan hanya urusan tenaga medis. Masyarakat menjadi elemen penting pertama dalam rantai penyelamatan. Identifikasi awal kondisi korban — apakah sadar, bisa bergerak, atau berisiko cedera serius — bisa membantu petugas di lapangan.
“Kalau tidak paham cara memindahkan korban, lebih baik jangan. Foto dokumentasi justru bisa membantu tim kami menilai kondisi korban sebelum tiba,” imbaunya.
Kerja PSC tak berhenti pada kecelakaan lalu lintas atau kegawatdaruratan harian. Ketika bencana datang — banjir, tanah longsor, atau krisis kesehatan — tim ini bertransformasi menjadi klaster kesehatan yang bergerak cepat ke lapangan. Mereka memberi pelayanan medis di lokasi pengungsian, memantau kesehatan masyarakat, hingga memastikan pasokan logistik dan obat-obatan mencukupi.
“Kami tidak hanya menunggu bencana. Saat potensi risiko mulai muncul, petugas kesehatan sudah meningkatkan kewaspadaan. Bahkan, kami rutin melakukan simulasi bersama BPBD agar tim selalu siap,” terang Hariyono.
SPGDT Ponorogo menjadi bukti nyata bahwa pelayanan kesehatan tak berhenti di ruang rumah sakit. Sistem ini hidup di tengah masyarakat, bergerak dalam senyap namun menyelamatkan nyawa.
Satu panggilan ke PSC 119, satu tindakan cepat — bisa jadi perbedaan antara kehilangan dan harapan.(Nang/Sumber berita Kominfo).
