Dibully Soal Anggaran Grebeg Suro, Judha: Ini Bukan Uang APBD, Semua dari Swasta!


Judha Slamet Sarwo Edi 
Kepala Disbudparora Ponorogo 

PONOROGO, SINYALPONOROGO
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi, buka suara menanggapi cibiran warganet terkait besarnya anggaran perhelatan Grebeg Suro 2025. 

Anggaran yang diperkirakan menembus angka Rp5,7 miliar itu menuai kritik karena dinilai lebih baik dialihkan untuk memperbaiki jalan rusak di Bumi Reog.

Namun, Judha menepis anggapan tersebut dengan tegas. Menurutnya, publik masih belum memahami bahwa sebagian besar dana Grebeg Suro tahun ini berasal dari sponsor swasta, bukan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 

Ia menyebut, Pemkab Ponorogo hanya mengalokasikan dana sekitar Rp350 juta, selebihnya murni hasil kerjasama dengan pihak ketiga.

“Saya ini dibranding Pak Bupati Sugiri untuk kuat dan tahan banting dalam situasi apapun. Saya jungkir balik mempersiapkan ini semua demi suksesnya Grebeg Suro, dan saya tidak ingin membebani APBD,” ungkap Judha di hadapan awak media dalam acara gathering bersama Bupati Sugiri Sancoko, Minggu (15/6/2025).

Judha mengaku prihatin dengan komentar miring yang menyudutkan dirinya di media sosial. Ia bahkan dituding tidak melibatkan pelaku usaha lokal dalam penyelenggaraan. Tuduhan itu, katanya, juga keliru.

“Kami dari awal sudah membuka pintu selebar-lebarnya untuk pelaku lokal. Tapi nyatanya, tidak ada yang datang menawarkan jasa secara utuh. Yang ada hanya nanya, ‘sound saya dipakai tidak?’ Kalau begitu cara berpikirnya, memang belum memahami dunia event organizer,” jelas Judha.

Menurutnya, menyelenggarakan hajatan besar sekelas Grebeg Suro tanpa membebani anggaran negara adalah tantangan tersendiri. 

Ia harus bergerak cepat dan menjalin komunikasi intensif dengan sponsor. Semua dilakukan agar perayaan tetap berjalan meskipun fiskal daerah terbatas.

“Bayangkan kalau kami nglokro hanya karena anggaran tak tersedia, lalu Grebeg Suro tak jadi digelar. Apa kata dunia? Ini bukan sekadar seremoni, tapi wajah budaya kita,” tegasnya.

Judha bahkan menjanjikan bahwa gelaran tahun ini akan lebih megah dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan sentuhan teknologi dan konsep kreatif, ia menyebut Grebeg Suro 2025 sebagai perayaan budaya yang tak hanya melestarikan tradisi, tapi juga menunjukkan kapasitas daerah untuk mandiri secara pembiayaan.

“Kita ingin tunjukkan bahwa tanpa APBD pun, Ponorogo bisa menggelar even besar dan berkelas. Ini bukan pemborosan, tapi investasi citra dan ekonomi budaya,” pungkasnya.

Pernyataan Judha seolah menjawab keresahan publik yang belakangan kerap melempar kritik tanpa data. Ia berharap masyarakat tidak sekadar menilai dari nominal anggaran, tetapi memahami konteks di balik penyelenggaraan. 

Grebeg Suro, tegasnya, adalah warisan budaya yang menjadi magnet wisata tahunan dan penggerak ekonomi kreatif lokal.

Penulis : Nanang

2/Post a Comment/Comments

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

🌐 Dibaca :