SMK PGRI 2 Ponorogo Gelar Tes Psikologi Usai Cukur Ala Militer: Deteksi Dini Potensi Masalah Siswa

Para siswa baru SMK PGRI 2 Ponorogo ketika menjalani tes psikologi 

PONOROGO, SINYALPONOROGO
Ada yang berbeda dalam penerimaan siswa baru di SMK PGRI 2 Ponorogo tahun ini. Setelah ritual cukur rambut ala militer yang menjadi ciri khas sekolah kejuruan itu, para siswa baru langsung diarahkan naik ke lantai 2 untuk menjalani tes psikologi.

Langkah tersebut, diakui Agus Pariadi, Plt. Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo, Selasa (8/7/2025), merupakan terobosan yang baru pertama kali dilakukan di masa kepemimpinannya. Dalam pelaksanaannya, sekolah menggandeng lembaga profesional Ceria Centre Consulting Psychology dari Madiun.

“Tes psikologi ini untuk mengetahui minat dan bakat siswa sejak awal. Selain itu, kami juga ingin memetakan bila ada potensi penyimpangan perilaku atau kecenderungan yang bisa berdampak kurang baik di lingkungan sekolah,” ujar Agus.

Agus menyebut, pengalamannya di dunia pendidikan membuat ia menyadari pentingnya pendeteksian dini. Menurutnya, seringkali masalah anak di sekolah tidak tampak di permukaan, namun bisa memengaruhi proses belajar bahkan suasana kelas secara keseluruhan.

“Kalau sejak awal sudah terpetakan, kami bisa melakukan pengelompokan dan pembinaan lebih intensif. Jadi tidak dibiarkan berkembang liar yang akhirnya berdampak ke anak lain,” kata dia.

Tes psikologi ini diharapkan menjadi pintu masuk pembinaan yang lebih tepat sasaran. Namun, Agus menegaskan, tes ini bukan untuk menentukan jurusan siswa secara langsung. Pasalnya, saat mendaftar ke SMK PGRI 2 Ponorogo, setiap siswa sudah memilih jurusan yang ia sukai sesuai minatnya.

“Data hasil tes psikologi hanya untuk mengetahui lebih dalam minat dan bakat anak. Sehingga sekolah bisa mengoptimalkan pembinaan dan dukungan terhadap jurusan yang sudah dipilih siswa itu,” jelas Agus.

Bagi sekolah kejuruan seperti SMK PGRI 2, pemahaman terhadap karakter, potensi, dan minat siswa sangat penting. Dengan data psikologi, sekolah dapat membantu siswa agar lebih nyaman belajar di jurusan pilihannya, sekaligus mengantisipasi jika ada hal-hal yang bisa menghambat prestasi akademik maupun non-akademik.

“Ini bagian dari ikhtiar kami. Bukan sekadar pendidikan akademis, tapi juga pembinaan karakter. Karena anak-anak ini kelak akan membawa nama sekolah dan berperan di masyarakat,” tegas Agus.

Langkah SMK PGRI 2 Ponorogo patut dicatat sebagai inovasi dalam dunia pendidikan di Ponorogo. Di tengah berbagai persoalan klasik sekolah — mulai dari tawuran, kenakalan remaja, hingga perundungan — upaya deteksi dini lewat tes psikologi menjadi angin segar.

Tak sedikit orang tua siswa yang menyambut positif langkah ini. Mereka berharap, pendekatan psikologi dapat membantu anak-anak beradaptasi dan berkembang lebih baik di lingkungan sekolah.

“Bagus sekali kalau ada tes psikologi. Biar kami juga tahu kalau anak kami ada masalah yang perlu penanganan khusus,” tutur salah satu orang tua siswa baru, kepada Sinyal Ponorogo.

Bagi Agus, tes psikologi hanyalah permulaan. Ia menegaskan, hasil tes tidak akan berhenti di atas kertas. Tindak lanjut berupa konseling, pembinaan, bahkan pendampingan bersama psikolog akan dijalankan demi memastikan siswa merasa nyaman dan tumbuh optimal di lingkungan sekolah.

“Kami ingin SMK PGRI 2 bukan hanya mencetak lulusan, tapi juga membentuk pribadi yang kuat dan siap menghadapi masa depan,” pungkasnya.

Penulis : Nanang

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama
sinyalponorogo.com

🌐 Dibaca :