BREAKING NEWS

Watu Bonang Siap Jadi Lumbung Jagung Ponorogo, Sartono Tawarkan Solusi untuk Desa yang Terkendala Lahan

Areal lahan pertanian di wilayah Badegan siap ditanami palawija seperti jagung dan sejenisnya 

PONOROGO, SINYALPONOROGO 
– Gerakan penanaman jagung hibrida Bhayangkara yang digagas Polres Ponorogo bersama Pemkab Ponorogo mendapat dukungan penuh dari desa-desa. Salah satunya datang dari Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan. Kepala desa setempat, Sartono, memastikan pihaknya siap menyukseskan program ini, bahkan melampaui target yang telah ditetapkan.

Seperti diketahui, program tersebut mengusung konsep satu desa/kelurahan satu hektar dan satu bhabinkamtibmas satu hektar. Artinya, setiap desa wajib menanam sedikitnya dua hektar jagung hibrida. Sebagai penunjang, setiap desa mendapat jatah benih 15 kilogram untuk satu hektar, atau 30 kilogram benih untuk dua hektar.

Namun, bagi Sartono, angka tersebut masih jauh dari potensi Desa Watu Bonang. 

“Wilayah kami memiliki 742 hektar lahan, dengan 65 persen berupa tanah kering atau sekitar 270 hektar. Selama ini lahan kering itu sudah biasa ditanami jagung, kedelai, hingga ketela. Jadi kalau target hanya dua hektar, jelas terlalu kecil bagi kami,” ungkap Sartono, Jumat (3/10/2025).

Tidak hanya siap memenuhi target, Sartono bahkan menawarkan Watu Bonang sebagai solusi untuk desa lain yang kesulitan menyediakan lahan. Menurutnya, program ini bisa dijalankan dengan pola kolaborasi antar desa. 

“Kalau ada desa atau kelurahan yang lahannya terbatas, silakan dialihkan ke Watu Bonang. Kami siap menanam lebih luas untuk mendukung suksesnya program ini. Minimal 10 hektar dengan 150 kilogram benih, bahkan lebih, kalau dibutuhkan,” tegasnya.

Sartono menambahkan, berdasarkan pengalaman, satu kilogram benih jagung bisa menghasilkan rata-rata 4,5 hingga 5 kwintal jagung. Potensi ini, kata dia, bukan hanya soal swasembada pangan, tapi juga pengentasan kemiskinan di desa.

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua desa di Ponorogo siap dengan target minimal dua hektar. Banyak areal lahan masih digunakan untuk tanaman padi sehingga sulit dialihkan menjadi jagung. 

Karena itu, pola “tambal sulam” yang diusulkan Sartono dinilai bisa menjadi jalan tengah agar program penanaman jagung hibrida Bhayangkara tidak hanya seremonial, melainkan benar-benar berdampak nyata.

Dengan jumlah 281 desa dan 26 kelurahan, Ponorogo memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu daerah penghasil jagung utama di Jawa Timur. Namun keberhasilan program ini sangat bergantung pada kemampuan mengelola lahan dan komitmen antar desa. 

“Intinya, kami tidak ingin sekadar ikut program. Kami ingin Watu Bonang benar-benar jadi bagian dari solusi pangan dan kesejahteraan warga Ponorogo,” pungkas Sartono.

Penulis : Nanang

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar