PONOROGO, SINYALPONOROGO – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang melanda wilayah Jenangan, Ponorogo, semakin meluas dan memicu kepanikan di kalangan peternak sapi. Di Desa Plalangan, khususnya di dua dukuh, Bayan dan Krajan, banyak peternak memilih menjual sapi mereka dengan harga murah karena khawatir sapi-sapi tersebut akan mati akibat wabah yang kian meresahkan ini. |
Kepala Desa Plalangan, Ipin Herdianto, mengungkapkan bahwa wabah PMK telah melanda desanya sejak dua pekan terakhir. Hingga saat ini, tercatat sudah 6 ekornya sapi mati akibat penyakit dengan ciri-ciri mulut berlendir, kesulitan berdiri, dan hilangnya nafsu makan.
![]() |
Ipin Herdianto, Kepala Desa Plalangan Jenangan Ponorogo |
Menurutnya, harga sapi yang biasanya bisa mencapai Rp20 juta per ekor kini anjlok hingga separuhnya. Situasi ini membuat para peternak mengalami kerugian besar.
"Dulu kalau ada yang menawar Rp20 juta, peternak kadang tidak mau menjual. Sekarang, dijual Rp10 juta saja sudah sulit," tambahnya.
Minimnya Penanganan Pemerintah
Ipin mengaku kecewa dengan respons lamban dari pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam menangani wabah ini. Hingga saat ini, dinas terkait belum mengambil langkah konkret untuk menangani kasus PMK yang semakin meluas.
"Sejauh ini baru ada mantri hewan yang datang memberikan penyuluhan dan membagikan disinfektan untuk menyemprot kandang. Tapi selebihnya, tidak ada langkah nyata untuk memutus penyebaran PMK ini," keluhnya.
Ia menegaskan bahwa wabah ini harus segera ditangani secara serius. Penyakit PMK yang menyerang sapi sangat ganas dan cepat menyebar. Jika sapi sudah menunjukkan gejala mulut berlendir, dalam waktu satu hingga dua hari, sapi tersebut biasanya langsung mati.
"Kalau sudah berlendir, sapi tidak mau makan. Pemilik harus ekstra memberi jamu atau suplemen tambahan agar sapi bisa bertahan. Kalau tidak, kecil harapan sapi itu bisa selamat," jelasnya.
Ketakutan akan Penyebaran Melalui Manusia
Di kalangan peternak, beredar pula informasi bahwa virus PMK dapat menyebar melalui manusia. Banyak peternak yang percaya bahwa jika seseorang mengunjungi kandang sapi yang terinfeksi, maka sapi di kandang miliknya juga berisiko tertular.
"Warga saling mengingatkan untuk tidak melihat kandang sapi tetangga yang sakit. Mereka khawatir virusnya terbawa dan menular ke sapi mereka sendiri," ujar Ipin.
Mitos ini semakin memperkeruh situasi di lapangan, meskipun belum ada penjelasan resmi dari pihak berwenang terkait kebenaran informasi tersebut.
Wabah PMK di Jenangan telah menjadi krisis yang membutuhkan perhatian serius dari semua pihak. Jika tidak ditangani dengan cepat, dampaknya akan semakin meluas dan membawa kerugian yang lebih besar bagi para peternak di Ponorogo.(Nang).
Posting Komentar