Transformasi Nusakambangan: Dari Pulau Penjara Menjadi Lumbung Pangan Nasional

Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) Agus Andrianto, siap merubah Nusakambangan menjadi lumbung ketahanan pangan nasional 

CILACAP, SINYALPONOROGO
Pulau Nusakambangan selama ini identik dengan penjara berkeamanan tinggi. Namun, di bawah kepemimpinan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) Agus Andrianto, pulau ini tengah bertransformasi menjadi salah satu lumbung ketahanan pangan nasional. 

Dengan pemanfaatan lahan seluas 115 hektare dan keterlibatan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), Nusakambangan tidak lagi sekadar tempat pengasingan, tetapi juga pusat produksi pangan yang strategis.

Langkah ambisius ini ditandai dengan kerja sama lintas sektor, menggandeng PT PLN, BRI, serta sejumlah perusahaan agribisnis, termasuk PT Agro, PT 69, dan PT Wilmar Padi Indonesia. 

Kolaborasi ini menjadi bagian dari strategi besar pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.

Membuka Lahan, Memperkuat Produksi

Sejauh ini, 72 hektare lahan di Nusakambangan telah dialokasikan untuk sektor pertanian dan perkebunan, dengan fokus utama pada produksi padi dan jagung. Di sisi lain, 32 hektare lahan di sekitar Lapas Pasir Putih akan dikembangkan sebagai tambak udang vaname serta budidaya berbagai jenis ikan.

Sektor peternakan juga menjadi bagian dari proyek besar ini, dengan target produksi ribuan ayam petelur, kambing, dan ratusan ekor sapi. 

Program ini tidak hanya menyuplai kebutuhan pangan nasional, tetapi juga memberikan keterampilan bagi WBP melalui pelatihan dan pemberdayaan.

"Kami ingin mewujudkan konsep sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Warga binaan mendapatkan pembinaan keterampilan, sementara Nusakambangan berkontribusi dalam ketahanan pangan nasional," ujar Agus Andrianto saat meninjau langsung proyek ini pada Rabu (5/2).

Dukungan Infrastruktur dan Industri Berbasis Pangan

Untuk memperkuat ekosistem pertanian dan perikanan, pemerintah juga membangun pabrik pupuk serta Balai Latihan Kerja (BLK) bagi WBP. Dalam kunjungan kerja tersebut, Agus Andrianto bersama para mitra melakukan peletakan batu pertama pembangunan BLK serta penebaran benih ikan sebagai simbol dimulainya program budidaya perikanan.

Tak hanya itu, kolaborasi dengan PT PLN juga melahirkan kerja sama pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Adipala. 

Direktur Jenderal Pemasyarakatan Mashudi dan Sekretaris PT PLN Alois Wisnuhardana menandatangani perjanjian pemanfaatan limbah pembakaran batu bara ini untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Nusakambangan.

"Ini bukan sekadar proyek ketahanan pangan, tapi juga langkah strategis dalam pemanfaatan sumber daya untuk mendukung pembangunan berkelanjutan," kata Mashudi.

Masa Depan Nusakambangan: Dari Bayang-Bayang Penjara ke Sentra Ekonomi Baru

Transformasi Nusakambangan ini menjadi bukti bahwa pulau yang selama ini dikenal sebagai "Alcatraz-nya Indonesia" mampu berkembang menjadi pusat ekonomi berbasis pangan. Dengan dukungan berbagai pihak, Nusakambangan kini bukan hanya tempat pemidanaan, tetapi juga pusat pembinaan dan produktivitas.

Ke depan, program ini diharapkan tidak hanya meningkatkan produksi pangan nasional, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar serta memberikan keterampilan yang berguna bagi WBP setelah mereka bebas.

Dengan langkah besar ini, Nusakambangan membuktikan diri sebagai lebih dari sekadar pulau penjara—ia telah berevolusi menjadi salah satu pilar ketahanan pangan nasional.(Nang).

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama

🌐 Dibaca :