Tak Sendiri, Aireen Kecil Dikuatkan Solidaritas Warga Ponorogo

Perwakilan dari icwp dan Grib Jaya serahkan hasil donasi kepada keluarga aireen 

PONOROGO, SINYALPONOROGO
Di sudut Desa Panjeng, Kecamatan Jenangan, seorang bocah perempuan bernama Manika Aireen Husna tengah berjuang menghadapi penyakit berat. Di balik tubuh mungilnya yang kini harus dirawat di rumah karena kondisi trombosit yang menurun, ada harapan yang tumbuh—bukan hanya dari doa keluarga, tapi juga dari gelombang kepedulian masyarakat Ponorogo.

Senin (19/5/2025), bantuan donasi sebesar Rp7.758.500 diserahkan langsung oleh Komunitas Info Cepat Wilayah Ponorogo (ICWP) dan GRIB Jaya kepada orang tua Aireen, Yusuf, di kediaman mereka. 

Penyaluran bantuan itu menjadi puncak dari rangkaian aksi kemanusiaan bertajuk Ngamen Amal, yang sehari sebelumnya digelar di pelataran Ndoro Tondo, Jalan HOS. Tjokroaminoto.

Sejak pagi hingga malam, musik jalanan berpadu dengan empati. Berbagai komunitas hadir; PJn’Friends, ICWP, GRIB Jaya, dan masyarakat umum bersatu dalam satu irama: membantu sesama. Mereka tak hanya mendonasikan uang, tapi juga menyumbangkan waktu, tenaga, dan doa untuk Aireen.

“Kami ingin menunjukkan bahwa masyarakat Ponorogo punya kekuatan solidaritas yang nyata. Donasi ini kami salurkan langsung ke pihak keluarga, tanpa potongan, tanpa perantara,” tegas Ketua Harian GRIB Jaya Ponorogo, Didik Suwito.

Presiden ICWP, Anas Karunia Illahi, turut menyaksikan penyaluran bantuan itu. Menurutnya, keterlibatan berbagai pihak dalam kegiatan ini menjadi bukti bahwa empati sosial masih hidup dan tumbuh subur di tengah masyarakat.

Yusuf, ayah Aireen, tak kuasa menahan haru saat menerima bantuan. “Terima kasih atas segala perhatian dan dukungan. Kami merasa tidak sendiri dalam perjuangan ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan panjenengan semua,” ucapnya.

Saat ini, kondisi Aireen belum memungkinkan untuk menjalani operasi. Keluarga masih menunggu trombosit naik agar kemoterapi yang dijadwalkan 25 Mei mendatang bisa dilakukan. 

Setelah itu, baru tim medis akan menentukan waktu yang tepat untuk tindakan operasi.

Menurut Didik, aksi ini bukanlah akhir. “Ini bukan tentang besar kecilnya jumlah donasi, tapi tentang hadirnya kepedulian. Kami tidak ingin menjadi penonton penderitaan. Kami ingin ikut serta, menyentuh langsung mereka yang butuh uluran tangan,” tuturnya.

Kisah Aireen adalah satu dari sekian potret perjuangan anak-anak di Ponorogo yang menghadapi kondisi berat. Namun hari itu, berkat gerakan bersama, langit Panjeng seolah lebih terang—dihiasi semangat gotong royong dan kehangatan kemanusiaan yang tak lekang oleh waktu.

Penulis : Nanang

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama

🌐 Dibaca :