Kirab Hasil Bumi Warnai Pancasila Night, Ponorogo Bumikan Nilai Pancasila Lewat Semangat Tani

Peringatan hari lahir Pancasila di Ponorogo diwarnai dengan kirab hasil bumi 21 kecamatan di Ponorogo (Flix Pothography)

PONOROGO, SINYALPONOROGO
Nuansa kebangsaan berpadu harmoni dengan kemakmuran desa dalam kirab hasil bumi yang digelar Pemerintah Kabupaten Ponorogo pada Sabtu sore, 31 Mei 2025. Acara ini menjadi pembuka rangkaian Pancasila Night, menyambut peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni.

Dari eks Pasar Lanang hingga perempatan Tambakbayan, sepanjang Jalan Urip Sumoharjo disulap menjadi etalase kekayaan agraria. 

Warga tumplek-blek menyaksikan iring-iringan hasil bumi dari 21 kecamatan se-Kabupaten Ponorogo—mulai dari jagung, terong, kacang panjang, hingga pisang, sayur mayur, dan umbi-umbian. Semua disusun dalam kereta hias penuh warna, bertajuk “Harmoni 21 Kecamatan dalam Semangat Pancasila.”

“Kenapa hasil bumi? Karena kami ingin membumikan Pancasila ke tanah kelahirannya—Ponorogo yang subur dan makmur,” ujar Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko saat membuka acara.

Kirab ini, lanjut Kang Giri, merupakan yang pertama kali digelar dalam konteks Hari Lahir Pancasila. Namun ia tak menampik kemungkinan menjadikannya sebagai calendar of event (CoE) tahunan.

Di tengah kemeriahan, antusiasme warga terlihat luar biasa. Tak sedikit yang berharap membawa pulang berkah dari hasil bumi yang dikirab. 

Salah satunya Bintang, pengunjung asal Siman, yang rela berdiri sejak awal demi mendapat beberapa hasil bumi.

“Alhamdulillah tadi dapat jagung, terong. Semoga membawa berkah, ini kan simbol kemakmuran,” katanya sambil tersenyum.

Membumikan Pancasila Lewat Tanah dan Budaya

Kirab ini bukan sekadar perayaan. Ia menjadi simbol bahwa nilai-nilai Pancasila bukan hanya hafalan, tetapi juga tindakan nyata: gotong royong, persatuan, keadilan sosial, dan penghormatan terhadap kebhinekaan yang ditunjukkan lewat kekayaan tanah dan hasil kerja petani.

Pemerintah Kabupaten Ponorogo menyadari pentingnya menghidupkan nilai Pancasila lewat pendekatan budaya dan kearifan lokal. 

Kirab ini menjadi ruang reflektif: bagaimana tanah, kerja, dan hasilnya dapat menjadi jembatan ideologis yang menyatukan masyarakat.

“Panen raya dan iring-iringan budaya ini bukan hanya tontonan, tapi juga tuntunan. Ini bukti bahwa kekuatan kita ada di akar, di desa, dan di ladang,” ujar salah satu tokoh budaya yang hadir.

Kirab hasil bumi diharapkan menjadi tonggak baru peringatan Hari Lahir Pancasila di Ponorogo, yang tak hanya ceremonial tapi membumi dan menyentuh hati rakyat. 

Di malam harinya, Pancasila Night dilanjutkan dengan zona sila, car free night, dan pertunjukan seni di Jalan Urip Sumoharjo—semuanya dalam semangat kebangsaan yang merangkul semua golongan.

Penulis : Nanang

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama

🌐 Dibaca :