Larung Telaga Ngebel Tutup Grebeg Suro 2025, Dandim Ponorogo: Warisan Leluhur yang Harus Dijaga

Kang Bupati Sugiri Sancoko bersama Dandim dan Kapolres dalam larung sesaji di telaga ngebel 

PONOROGO, SINYALPONOROGO
 
– Hembusan angin pagi Telaga Ngebel, Jumat (27/6/2025), seolah menjadi saksi khidmatnya prosesi Larungan yang menutup rangkaian Grebeg Suro 2025 di Kabupaten Ponorogo. Tradisi warisan leluhur ini kembali digelar Pemerintah Kabupaten Ponorogo sebagai wujud rasa syukur atas berkah Tuhan dan sekaligus pemeliharaan kekayaan budaya daerah.

Prosesi yang berlangsung di Pendopo Utama Telaga Ngebel itu dihadiri jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Ponorogo, para pejabat instansi vertikal, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan warga setempat. 

Salah satu yang tampak menonjol adalah kehadiran Komandan Kodim (Dandim) 0802/Ponorogo Letkol Inf Dwi Soerjono bersama istri, Ketua Persit Kartika Chandra Kirana (KCK) Cabang XVI, Ibu Dina Soerjono.

Bagi Dandim, momentum Grebeg Suro bukan sekadar seremoni, melainkan bukti kecintaan terhadap kearifan lokal yang membentuk jati diri masyarakat Ponorogo. 

“Ini kali kedua saya mengikuti seluruh rangkaian Grebeg Suro, dari pembukaan hingga penutupan, termasuk Larungan di Telaga Ngebel. Terima kasih kepada Pemkab Ponorogo atas kehormatan ini,” ujarnya.

Menurut Letkol Inf Dwi Soerjono, Larungan memuat makna spiritual yang dalam. “Seperti yang disampaikan Bupati, Larungan adalah simbol rasa syukur kita kepada Allah SWT atas karunia yang diberikan. Dari budaya inilah muncul semangat persatuan, yang sekaligus menjadi energi untuk pembangunan dan perekonomian masyarakat Ponorogo,” imbuhnya.

Tradisi Sarat Nilai Persatuan

Larungan sendiri menjadi salah satu ikon Grebeg Suro. Sesajen dan berbagai hasil bumi dilarungkan ke tengah Telaga Ngebel sebagai bentuk penghormatan pada alam sekaligus permohonan keselamatan dan keberkahan. Suasana religius pun terasa kental sepanjang prosesi.

Tak hanya ritual, Grebeg Suro juga diakui menjadi magnet wisata budaya yang berdampak positif bagi ekonomi lokal. Ribuan pengunjung dari berbagai daerah memadati kawasan Ngebel setiap tahunnya, menghidupkan pelaku usaha kecil mulai pedagang kuliner hingga pengrajin suvenir.

Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, yang hadir bersama Wakil Bupati Lisdyarita, menyebut Grebeg Suro dan tradisi Larungan adalah warisan budaya yang wajib dijaga. 

“Kekayaan adat kita tidak hanya memperkuat identitas Ponorogo, tapi juga menjadi potensi besar bagi kemajuan ekonomi daerah,” kata Sugiri dalam sambutannya.

Sejumlah pejabat lain turut menyaksikan prosesi, antara lain Kapolres Ponorogo AKBP Andin Wisnu Sudibyo, Ketua DPRD Ponorogo Dwi Agus Prayitno, Ketua Perwakilan Pengadilan Negeri Ponorogo, Kasi Intel Kejari Agung Riyadi, Kepala Imigrasi Yoppy, Sekda Agus Pramono.

Ketua Pengadilan Agama Maftuh Basyuni Hakim, Kepala Kemenag Ponorogo Dr. H. Moh. Nurul Huda, serta para kepala OPD, Forkopimcam Ngebel, para kepala desa se-Kecamatan Ngebel, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda.

Gemericik air Telaga Ngebel perlahan menelan sesajen yang dilarung, seolah mengirim doa dan harapan masyarakat Ponorogo agar selalu dalam keberkahan dan keselamatan. Grebeg Suro 2025 pun resmi ditutup, meninggalkan jejak budaya yang terus lestari dan menjadi kebanggaan Bumi Reog.

Penulis : Nanang

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama
SINYAL PONOROGO

🌐 Dibaca :