Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) menggema di padepokan PSHT
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Deru semangat para pelajar menggema di Padepokan SH Terate Cabang Ponorogo, Rabu–Kamis (18–19 Juni 2025). Ratusan siswa-siswi tingkat SMP dari berbagai penjuru Ponorogo bertarung dalam ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2025, khususnya di cabang Karate dan Pencak Silat.
Namun ajang ini bukan semata soal medali dan gelar juara. Lebih dari itu, ini adalah panggung pembentukan karakter—di mana sportivitas, keberanian, dan kecintaan terhadap budaya tumbuh kuat.
Di tengah riuh suara yel-yel dan hentakan kaki para atlet remaja, suasana Padepokan SH Terate terasa jauh lebih sakral. Tempat yang selama ini menjadi pusat penggemblengan pesilat, kini menjadi ruang bertemunya nilai-nilai pendidikan dan budaya.
Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo memilih tempat ini bukan tanpa alasan: ada warisan filosofi dan semangat perjuangan yang hidup dalam setiap sudutnya.
“Ini bukan sekadar kompetisi fisik,” tegas Drs. H. Nurhadi Hanuri, M.M., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo. “O2SN adalah ruang di mana nilai-nilai seperti sportivitas, kedisiplinan, dan penghargaan terhadap budaya leluhur bisa benar-benar tumbuh.”
Nurhadi menyampaikan, anak-anak perlu diberi ruang untuk berkembang tidak hanya lewat nilai akademik. Ajang seperti O2SN, menurutnya, memberi wadah ideal bagi siswa untuk membangun keberanian, daya juang, hingga kepercayaan diri—semua hal yang tidak tertulis dalam lembar ujian.
“Kami sangat mengapresiasi SH Terate. Membuka padepokan ini sebagai arena pertandingan bukan hanya bentuk kolaborasi kelembagaan, tapi juga wujud nyata cinta budaya sejak dini,” imbuhnya.
Semangat yang sama digaungkan oleh Moh. Komarudin, S.Ag., M.Si, Ketua Harian IPSI Ponorogo. Ia menyambut baik hadirnya para pelajar dalam arena seni bela diri, sebagai cikal bakal atlet tangguh yang akan membawa nama Ponorogo di panggung yang lebih tinggi.
“Kami di IPSI akan terus mendukung para pelajar yang ingin berkembang. Dari sini kami berharap lahir pesilat dan karateka yang bukan hanya andal secara teknis, tapi juga menjunjung nilai-nilai kejujuran, hormat, dan semangat persaudaraan,” ucap Komarudin.
Dalam dua hari gelaran, peserta menunjukkan kemampuan terbaiknya. Seragam putih karate dan pakaian silat hitam menyatu dengan atmosfer padepokan, menandakan betapa kuatnya perpaduan antara fisik, mental, dan nilai budaya.
Para pelatih, guru, hingga keluarga turut memberi semangat, menjadikan atmosfer semakin hidup.
Lebih dari sekadar seleksi atlet, O2SN Ponorogo tahun ini adalah ajang pendidikan karakter dalam bentuk paling nyata. Anak-anak belajar menang tanpa sombong, kalah tanpa putus asa.
Mereka belajar bahwa keberhasilan adalah hasil dari kerja keras, fokus, dan ketulusan dalam berlatih.
Di akhir ajang, bukan hanya para juara yang pulang dengan kepala tegak. Setiap peserta membawa pulang pelajaran penting: bahwa menjadi pelajar Indonesia tak cukup dengan kecerdasan otak, tapi juga dengan keteguhan hati dan semangat menjaga budaya bangsa.
Ponorogo, sekali lagi, memberi teladan: bahwa olahraga dan budaya bisa bersatu demi generasi yang berkarakter dan mencintai tanah airnya.
Penulis : Nanang
Posting Komentar