![]() |
Penampilan apik group Reog Niken Gandini SMKN 1 Jenangan Ponorogo |
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Panggung utama Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) ke-XXX tahun 2025 bergemuruh pada malam terakhir, Rabu (25/6/2025), ketika grup Reog Niken Gandini dari SMKN 1 Jenangan Ponorogo unjuk gigi dengan penampilan terbaik mereka.
Karya yang disajikan tak hanya memikat mata, tetapi juga menyentuh hati—sebuah pertunjukan yang menyatu antara pakem klasik dan semangat muda yang membara.
Kepala SMKN 1 Jenangan, Farida Hanim Handayani, S.Pd., M.Pd., menyatakan rasa puas dan bangganya atas performa anak didiknya.
Penampilan terbaik Group Reyog Niken Gandini SMKN 1 Jenangan Ponorogo
“Penampilan ini adalah hasil kerja keras luar biasa dari seluruh tim. Kami membawa orisinalitas yang berpijak pada akar Reog Ponorogo, tapi juga menampilkan energi segar khas generasi muda,” ungkap Farida seusai pertunjukan.
Tim Niken Gandini terdiri dari 65 penari, 30 wiraswara dan pengrawit, yang selama dua bulan penuh menempuh latihan intensif demi menampilkan pertunjukan yang harmonis dan ekspresif.
Mereka bukan sekadar tampil, tetapi menghidupkan setiap elemen pertunjukan dengan dedikasi tinggi—mulai dari tata rias, kostum, hingga dinamika koreografi yang disusun dengan cermat.
Mengusung misi untuk tetap teguh pada pakem Reog Ponorogo, karya yang ditampilkan menyentuh sisi tradisional lewat tata gerak, gamelan, dan visualisasi klasik.
Namun, Niken Gandini juga menambahkan sentuhan kekinian—terlihat dari transisi adegan yang lebih dinamis dan ekspresi emosi penari yang begitu mendalam.
“Reog itu bukan hanya milik masa lalu. Ia bisa hidup, bisa tumbuh, kalau generasi muda mau mengambil peran. Dan malam ini, Niken Gandini membuktikan bahwa semangat itu ada,” kata Farida.
Lebih dari sekadar penampilan, kelompok ini memiliki visi besar. Niken Gandini ingin menjadi bagian penting dari pelestarian Reog di lingkungan sekolah sekaligus menjadi duta budaya yang mampu mengenalkan keindahan seni tradisi Ponorogo ke level yang lebih luas.
“Kami ingin Reog menjadi identitas, bukan sekadar ekstrakurikuler. Kami ingin siswa menjadikan budaya sebagai kebanggaan,” jelas Farida.
Ia juga berharap Niken Gandini bisa menjadi ruang pembentukan karakter siswa—di mana disiplin, kerja sama, dan nilai-nilai luhur budaya ditanamkan lewat proses kreatif dan kolektif.
Penampilan malam itu pun menjadi bukti bahwa ketika warisan budaya dipercayakan kepada generasi muda, ia tidak redup—justru menyala lebih terang.
Dengan semangat, ketekunan, dan kecintaan terhadap seni, Reog Ponorogo tampil berjiwa muda lewat Niken Gandini.
Penulis : Nanang
Posting Komentar