🔵 NEWS

Tersentuh Renungan Suci, Remaja di Ngrayun Akhirnya Ungkap Luka Lama: Polisi Tangkap Terduga Pelaku

Kapolres Ponorogo AKBP Andin Wisnu Sudibyo ketika press release ungkap kasus persetubuhan dibawah umur

PONOROGO, SINYALPONOROGO —
Sebuah pengakuan mengejutkan mengemuka dari seorang siswi SMA di Kecamatan Ngrayun, sebut saja Bunga. Dalam suasana hening kegiatan renungan suci sekolah, Bunga akhirnya mengungkap pengalaman pahit yang ia pendam selama tiga tahun terakhir: menjadi korban dugaan kekerasan seksual oleh seorang pria dewasa yang tak lain adalah tetangganya sendiri.

Peristiwa tragis itu terungkap bukan karena tekanan penyidikan atau pengawasan pihak luar, melainkan dari kesadaran mendalam korban saat momen reflektif di sekolah. Dalam renungan itu, Bunga merasa berdosa, bukan karena ia bersalah, melainkan karena terlalu lama menyimpan trauma tanpa pernah berbicara.

Usai kegiatan tersebut, Bunga memberanikan diri curhat kepada orang tuanya. Mendengar cerita yang runtut dan penuh luka, orang tua korban terkejut, kecewa, sekaligus marah. Mereka pun melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian.

Tak butuh waktu lama, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Ponorogo langsung bergerak cepat. Tersangka, berinisial S (51), warga Desa Baosan Lor, Kecamatan Ngrayun, ditangkap tanpa perlawanan.

“Kami tangani kasus ini dengan serius. Pelaku sudah kami amankan dan proses hukum terus berjalan,” ujar Kapolres Ponorogo AKBP Andin Wisnu Sudibyo saat dikonfirmasi awak media.

Menurut informasi, S merupakan sosok yang selama ini dikenal cukup dekat dengan lingkungan korban. Hal ini menambah daftar panjang kasus kekerasan seksual yang justru terjadi di lingkungan terdekat korban — lingkungan yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak.

Refleksi Bagi Semua

Kisah Bunga bukan sekadar kasus hukum. Ini adalah cermin besar bagi kita semua: keluarga, sekolah, masyarakat, hingga negara. Kekerasan seksual terhadap anak seringkali tersembunyi rapat di balik diam dan rasa malu korban. Perlu keberanian luar biasa untuk mengungkapnya, dan Bunga telah memberi contoh nyata.

Kegiatan renungan suci di sekolah yang selama ini dianggap formalitas, ternyata bisa menjadi jembatan pemulihan. Ia memberi ruang pada anak untuk berbicara, merenung, dan menyadari bahwa mereka tidak salah — bahwa suara mereka layak didengar.

Kini, Bunga sedang menjalani proses pendampingan psikologis dari unit terkait. Harapannya, ia bisa perlahan memulihkan luka dan kembali melangkah membangun masa depan.

Agar Tak Terulang Lagi

Kasus ini menjadi pengingat bagi semua pihak untuk meningkatkan perlindungan terhadap anak-anak. Perlu ruang aman di rumah dan sekolah, serta keberanian kolektif untuk mendorong korban bersuara.

Pendidikan seksualitas, komunikasi yang terbuka di keluarga, dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kekerasan seksual harus menjadi agenda bersama.

“Anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tapi juga tanggung jawab kita semua,” tegas AKBP Andin.

Bunga telah mengajarkan kita tentang keberanian. Semoga keberaniannya menjadi inspirasi untuk banyak anak lainnya — bahwa kebenaran pantas diperjuangkan dan suara korban harus didengar.

Penulis : Nanang

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar