Disnaker Ponorogo Gelar Pelatihan Kerajinan Kayu, Dorong Lahirnya Wirausaha Baru
Suko Kartono, kepala Disnaker Ponorogo ketika melihat langsung pelatihan mengolah kayu menjadi produk bernilai seni
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Suara gergaji dan aroma serbuk kayu mewarnai suasana Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) Al Barokah Ponorogo. Sejak 2 hingga 12 September 2025, sebanyak 16 peserta dari berbagai latar belakang larut dalam proses belajar mengolah kayu menjadi produk bernilai seni.
Pelatihan kerajinan kayu ini digelar Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Ponorogo bekerja sama dengan BLKK Al Barokah. Program tersebut tak sekadar melatih keterampilan teknis, namun juga mengasah jiwa wirausaha para peserta agar mampu menciptakan produk kreatif, inovatif, dan memiliki daya saing.
“Targetnya bukan hanya bisa membuat meja atau kursi. Lebih dari itu, peserta harus mampu mengembangkan produk yang bernilai jual sehingga bisa membuka peluang usaha mandiri,” kata salah satu instruktur pelatihan.
Selama sepuluh hari, para peserta mendapatkan materi berbasis unit kompetensi. Mereka belajar mulai dari dasar pemilihan bahan, teknik pemotongan, perakitan, hingga finishing. Tidak hanya keterampilan manual, peserta juga diperkenalkan pada aspek desain agar hasil karya mereka memiliki nilai seni dan sesuai selera pasar.
Kepala Disnaker Kabupaten Ponorogo, Suko Kartono, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari strategi pemerintah daerah dalam mencetak tenaga kerja terampil sekaligus mendorong tumbuhnya wirausaha baru.
“Kerajinan kayu memiliki prospek besar. Kami ingin peserta mampu mandiri, membuka usaha, dan pada akhirnya berkontribusi menekan angka pengangguran di Ponorogo,” ujarnya.
Salah satu peserta, Wahyu (28), mengaku terbantu dengan adanya program ini. “Saya sebelumnya hanya bisa membuat perabot sederhana. Dari pelatihan ini, saya jadi tahu teknik yang lebih baik. Ke depan saya ingin membuka usaha sendiri,” ungkapnya.
Kerajinan kayu memang memiliki daya tarik tersendiri. Di tengah serbuan produk pabrikan, karya tangan dengan sentuhan seni masih diminati. Bahkan, jika dikelola dengan baik, kerajinan kayu Ponorogo berpeluang menembus pasar yang lebih luas, termasuk e-commerce.
Dengan pelatihan ini, Disnaker berharap para peserta tidak berhenti hanya sebatas keterampilan, melainkan mampu mengembangkan usaha produktif. Jika berhasil, bukan tidak mungkin Ponorogo akan memiliki klaster baru industri kreatif berbasis kayu yang bisa menyerap tenaga kerja sekaligus mengangkat ekonomi masyarakat.
Penulis : Nanang