Hidup Sebatang Kara, Kakek Dundun Akhirnya Mendapat Perhatian Dinas Sosial Ponorogo

Fahrudin, Staf Rehabilitasi Dinas Sosial P3A Kabupaten Ponorogo bersama rekan sedang melakukan asesmen kepada Dundun orang terlantar yang dilaporkan desa setempat  
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Hidup dalam kesunyian dan keterbatasan tak membuat Dundun (72), warga Desa Karangan, Kecamatan Badegan Ponorogo, menyerah pada hidup. Meski sudah lanjut usia dan mengalami sedikit keterbelakangan mental, ia tetap berusaha mandiri di tengah kepedulian warga sekitar yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya.
Selama beberapa tahun terakhir, Dundun hidup berpindah dari satu rumah ke rumah warga lain. Hingga akhirnya, pemerintah desa merasa perlu melaporkan kondisinya kepada Dinas Sosial P3A Kabupaten Ponorogo agar mendapat penanganan lebih manusiawi.
|  | 
| Hasil asesement, Dudun siap dipindahkan ke UPT pelayanan sosial tresnawerda Magetan milik propinsi Jatim | 
Menindaklanjuti laporan itu, tim asesmen dari Dinsos P3A turun langsung ke lokasi, Selasa (28/10/2025). Fahrudin, staf bidang rehabilitasi sosial Dinsos P3A Ponorogo, menjelaskan bahwa dari hasil asesmen, Dundun dinilai masih cukup sehat dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
“Yang bersangkutan tidak sepenuhnya bergantung pada orang lain. Namun karena tidak memiliki tempat tinggal tetap, kami berkoordinasi untuk mendaftarkannya di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Magetan,” ujar Fahrudin.
Pihaknya kini tengah menunggu ketersediaan tempat di UPT tersebut. Sementara menunggu keputusan lebih lanjut, pemerintah desa diminta untuk terus melakukan pengawasan dan memastikan kebutuhan dasar Dundun tetap terpenuhi.
“Kalau ada tempat, pihak UPT bersama kami akan turun melakukan asesmen lanjutan sebelum proses pemindahan,” tambahnya.
Dari penuturan perangkat desa, Parno diketahui bahwa Dundun pernah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki. Namun, sejak istrinya meninggal dunia, kehidupan keluarganya mulai tak terurus. Sang anak sempat mengajak pindah ke luar Jawa, namun Dundun menolak karena merasa masih kuat bekerja. Sejak saat itu, hubungan keduanya terputus, dan Dundun hidup sebatang kara hingga kini.
Warga mengaku iba dengan kehidupannya yang sederhana namun penuh kesabaran. “Beliau tidak pernah mengeluh, meski hidupnya bergantung belas kasih warga,” tutur salah satu warga setempat.
Kisah Dundun menjadi pengingat bahwa di balik kemajuan zaman, masih banyak warga yang membutuhkan tangan hangat kemanusiaan. Pemerintah dan masyarakat diharapkan terus bergandengan tangan agar tak ada lagi warga lansia yang hidup dalam kesepian dan keterlantaran.
Penulis : Nanang
