Kohe Kembali Cemari Sungai Keyang, Kesadaran Peternak Pudak Dipertanyakan
![]() |
Kondisi kali Keyang aliran air terjun Plethuk Sooko tercemar kohe |
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Aksi tak terpuji masih dilakukan sejumlah peternak sapi di wilayah Kecamatan Pudak, Ponorogo. Limbah kotoran hewan (kohe) kembali mencemari aliran Sungai Keyang, yang mengalir hingga ke wilayah Sooko. Kondisi itu dikeluhkan warga karena air sungai berubah keruh dan berbau menyengat.
Keluhan datang dari Pujiana, warga Dukuh Sombro, Desa Sooko, sekaligus aktivis peduli lingkungan. Ia membagikan temuan aliran sungai yang dipenuhi “blendek kohe” melalui unggahan media sosialnya.
“Sangat disayangkan sekali, masih ada yang membuang kohe di sungai. Kasihan masyarakat di bawah, mereka yang paling terdampak,” ujarnya kepada Sinyal Ponorogo, Kamis (16/10/2025).
Puji—sapaan akrabnya—mengaku jijik melihat kondisi sungai saat ini. Ia menyebut warga Sooko takut memanfaatkan air sungai untuk mencuci maupun kebutuhan lain.
“Sekilas jernih, tapi di bawah penuh blendek kohe. Rasanya mau muntah,” tegasnya.
Ironisnya, pada Agustus 2025 lalu, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko sempat menghadiri soft opening pabrik pengolahan limbah kotoran sapi menjadi pupuk di Desa Tambang, Pudak. Pabrik itu digadang-gadang menjadi solusi pengendalian pencemaran sungai akibat limbah peternakan.
Namun, kondisi di lapangan justru menunjukkan hal sebaliknya.
“Nggak ada bedanya. Sungai masih tercemar. Artinya, keberadaan pabrik itu belum banyak membantu peternak sadar lingkungan,” tambah Pujiana.
Beredar kabar bahwa pabrik pengolahan kohe tersebut kini berhenti beroperasi, meski belum dapat dipastikan kebenarannya. Jika benar, hal ini semakin menegaskan bahwa penanganan limbah peternakan di Ponorogo masih jauh dari tuntas.
![]() |
Pujiana, warga desa Sooko menunjukkan pencemaran sungai keyang limbah Kohe |
Pemerhati lingkungan berharap para peternak di Pudak mulai berubah pola pikir, tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah. Apalagi, pihak pabrik sebelumnya telah menawarkan diri untuk menampung dan membeli kohe dari peternak.
“Kesadaran itu seharusnya lahir dari rasa tanggung jawab, bukan karena takut ditindak,” kata Puji menutup percakapan.
Penulis : Nanang