Satgas Penghijauan Gencarkan Edukasi Sampah di Sekolah: Gerakan Menabung Air untuk Selamatkan Bumi Ponorogo
![]() |
| Kompak, Stakeholder lintas sektoral siap sukseskan urai sampah selesai ditempat |
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Di tengah persoalan sampah yang kian menumpuk dan ancaman bencana ekologis yang mengintai, langkah nyata ditunjukkan Satgas Penghijauan Kabupaten Ponorogo. Dipimpin Bambang Suhendro, satgas ini menggandeng berbagai pihak untuk mengedukasi masyarakat, terutama melalui jalur sekolah.
Kamis (9/10/2025), Satgas Penghijauan bekerja sama dengan Yayasan Menabung Air dan Maesa Group menggelar kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah di Aula SMPN 2 Ponorogo. Acara ini diikuti ratusan guru dari berbagai tingkatan — mulai dari PAUD, TK, SD, SMP hingga SMA/SMK di seluruh Ponorogo.
Menurut Bambang, atau yang akrab disapa Bambang Gulo, pendidikan menjadi kunci utama dalam membangun kesadaran lingkungan.
“Kita ingin menciptakan kesadaran soal sampah sejak dini. Anak-anak perlu diajarkan bagaimana memilah dan mengelola sampah secara benar,” ujarnya.
Langkah ini sejalan dengan situasi Ponorogo yang kini berada dalam status darurat sampah. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican, Jenangan, yang menjadi tumpuan utama pengelolaan sampah daerah, kini dalam kondisi overload.
![]() |
| Bambang Suhendro, Ketua Satgas Penghijauan Kabupaten Ponorogo |
Dalam kegiatan tersebut, para guru diajak memahami cara memilah sampah antara organik dan anorganik. Sampah organik diarahkan untuk diolah melalui biopori jumbo, yang berfungsi ganda: mempercepat pelapukan sampah sekaligus membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah. Adapun sampah plastik dan anorganik dikumpulkan agar dapat dijual kembali, sehingga memberi nilai ekonomis.
“Dengan biopori, kita tidak hanya mengatasi sampah, tapi juga membantu air hujan meresap ke tanah. Ini bisa mengurangi risiko banjir dan kekeringan,” terang Bambang.
Gerakan ini juga disertai aksi nyata dari Yayasan Menabung Air dan Maesa Group yang membagikan alat biopori kepada sejumlah sekolah. Langkah tersebut diharapkan memicu partisipasi aktif dunia pendidikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan.
“Kalau kesadaran ini tumbuh di sekolah, anak-anak akan membawa nilai itu ke rumah dan lingkungan sekitarnya. Artinya, persoalan sampah bisa selesai di tempat,” tegasnya.
Upaya Satgas Penghijauan Ponorogo ini menjadi contoh bagaimana persoalan besar seperti krisis sampah dan degradasi lingkungan bisa diurai dari hal-hal kecil — dari ruang kelas, dari anak-anak, dan dari kesadaran yang tumbuh perlahan tapi pasti.
Dengan kolaborasi lintas sektor, Ponorogo berharap tidak hanya bebas dari tumpukan sampah, tapi juga memiliki generasi muda yang peduli dan bertanggung jawab terhadap bumi tempat mereka berpijak.
Penulis : Nanang

