Salah Pasang Prasasti, Proyek Rabat Jalan di Baosan Kidul Viral: Jadi Pelajaran Berharga bagi Pemdes

Rabat Jalan Viral di media sosial, Dukuh Bendo Desa Baosan Kidul Ngrayun Ponorogo
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Sebuah proyek rabat jalan di Dukuh Bendo RT 05 RW 11, Desa Baosan Kidul, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo, sempat viral di media sosial TikTok. Video yang menyoroti proyek rabat jalan dengan sumber dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Kabupaten Ponorogo tahun 2024 senilai Rp35 juta itu menuai banyak komentar warganet. Pasalnya, jalan yang seharusnya dikerjakan sepanjang 135 meter dengan lebar 1,8 meter dan tebal 12 sentimeter itu ternyata hanya dikerjakan di satu sisi jalan saja.
Unggahan video oleh akun bernama Graace itu dengan cepat memicu tanya di kalangan warga. Beberapa komentar bahkan menyindir keras soal dugaan penggunaan anggaran.
“Uangnya dibawa ke warung,” tulis salah satu akun. Komentar lain menimpali dengan nada sinis, “Kakehan bati!”
![]() |
| Unggahan media sosial TikTok |
Namun, setelah video tersebut menjadi perbincangan hangat, akun Grace mendadak tidak bisa diakses alias terhapus.
Kades Kaget, Langsung Cek Lapangan
Menanggapi viralnya video tersebut, Kepala Desa Baosan Kidul, Dzul Hijjah Fajar, mengaku kaget sekaligus berterima kasih atas informasi dari warganet. Ia mengatakan, pihaknya langsung melakukan pengecekan lapangan setelah mengetahui video itu ramai dibicarakan.
“Setelah kita kroscek, ternyata perangkat kami salah pasang prasasti proyek,” ujar Fajar saat ditemui Sinyal Ponorogo, Kamis (6/11/2025).
Menurutnya, kesalahan tersebut murni bersifat administratif dan tidak ada unsur penyalahgunaan anggaran. Ia menjelaskan, Desa Baosan Kidul memang menerima dua titik proyek BKK Kabupaten Ponorogo tahun 2024, masing-masing senilai Rp20 juta dan Rp35 juta.
“Yang viral itu seharusnya prasasti proyek Rp20 juta, tapi tertukar dan dipasang di lokasi proyek Rp35 juta,” terang Fajar.
Langsung Diperbaiki, Jadi Momentum Introspeksi
Usai temuan itu, pemerintah desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur terkait segera melakukan klarifikasi serta memperbaiki kesalahan tersebut. Prasasti yang tertukar langsung dibongkar dan dipasang kembali di lokasi yang semestinya.
“Ini menjadi pelajaran penting bagi kami di pemerintah desa. Kami sadar pentingnya cek dan ricek sebelum memasang prasasti atau dokumen publik lainnya. Saya juga akui teledor karena terlalu percaya pada laporan perangkat tanpa verifikasi langsung,” imbuhnya.
Fajar menambahkan, perangkat desa yang bertugas memasang prasasti memang sudah berusia lanjut, sehingga kemungkinan salah pasang terjadi karena kurang teliti dan minim pendampingan teknis.
Pelajaran dari Kasus Viral
Meski sempat menimbulkan salah paham di ruang publik, Fajar melihat insiden ini sebagai pengingat penting bagi pemerintah desa untuk lebih transparan dan akurat dalam administrasi proyek.
Ia juga berharap masyarakat tetap kritis, namun tidak mudah menarik kesimpulan sebelum ada klarifikasi resmi.
“Kami terbuka. Kalau ada temuan, mari kita bicarakan baik-baik. Bukan dengan saling menuding di media sosial,” ujarnya.
Kasus ini menambah daftar kecil peristiwa viral yang berawal dari kesalahpahaman administratif di tingkat desa. Namun, di sisi lain, juga menunjukkan bagaimana transparansi publik kini bergerak lewat media sosial, di mana warga menjadi pengawas aktif pembangunan di lingkungannya.
Refleksi: Di Era Digital, Transparansi Tak Bisa Ditunda
Kasus Baosan Kidul memberi pelajaran berharga: di era digital, setiap kesalahan sekecil apa pun bisa menjadi sorotan publik. Pemerintah desa dituntut tidak hanya jujur, tapi juga teliti dan terbuka.
Sebab, kepercayaan publik lahir bukan dari janji, melainkan dari keterbukaan dan ketepatan informasi.
Penulis : Nanang

