Kantin RS Yasyfin Mulai Berbenah: Pelatihan Manajemen Dorong Layanan Profesional dan Berorientasi Pelanggan
![]() |
| Pelatihan manajemen Kantin |
PONOROGO, SINYALPONOROGO — Kantin RS Yasyfin kini memasuki babak baru dalam pengelolaannya. Sejumlah perubahan mulai terlihat: alur kerja lebih rapi, pencatatan keuangan mulai tertata, hingga kontrol stok yang semakin presisi. Para pengelola menyebut perubahan ini sebagai “awal pembenahan besar” setelah mengikuti Pelatihan Manajemen Kantin yang digelar pada Kamis, 9 Oktober 2025.
Pelatihan yang berlangsung di area kantin itu menghadirkan seluruh staf pengelola. Mereka mendapatkan pendampingan intensif mengenai efisiensi alur kerja, standar kebersihan, pelayanan prima, hingga teknik mengatur stok agar tidak terjadi pemborosan—materi yang selama ini mereka butuhkan untuk meningkatkan profesionalisme.
Transformasi kantin tersebut tak lepas dari kontribusi tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor. Dr. Idam Mustofa, M.Pd., selaku ketua tim, menegaskan bahwa kantin adalah bagian penting dari ekosistem pelayanan rumah sakit.
“Kantin bukan hanya tempat makan. Ia adalah ruang yang memberi kenyamanan, energi, dan keberkahan bagi seluruh civitas RS Yasyfin. Karena itu, tata kelolanya harus jauh lebih terstandar,” ujar Dr. Idam dalam pembukaan acara.
Ia berharap kantin RS Yasyfin dapat tumbuh menjadi model pengelolaan yang profesional dan mandiri, serta mampu menghadirkan inovasi menu dan layanan yang semakin baik.
Sentuhan akademik dalam pelatihan ini semakin kuat dengan hadirnya narasumber Bu Lathiefa Rusli, M.M., pakar manajemen dan praktisi pengembangan usaha. Dalam paparannya, ia menekankan bahwa kualitas kantin tidak hanya diukur dari rasa makanan, tetapi juga dari manajemen yang solid.
“Kantin yang baik tidak lahir dari masakan enak saja. Ia muncul dari sistem yang disiplin: pencatatan rapi, kebersihan terjaga, dan pelayanan tulus. Kalau sistemnya kuat, hasilnya akan mengikuti,” tegasnya.
Materi yang dibawakan Bu Lathiefa berhasil membuka wawasan para peserta. Mereka menyadari pentingnya membangun budaya kerja profesional—mulai dari pembagian tugas yang jelas hingga kerja sama tim yang solid.
Tidak hanya teori, pelatihan berlangsung interaktif. Setiap pengelola mengungkapkan kendala harian yang mereka hadapi, lalu berdiskusi mengenai solusinya. Hasilnya, tim pengabdian mencatat adanya peningkatan signifikan dalam operasional kantin hanya beberapa waktu setelah pelatihan dilaksanakan.
Bagi RS Yasyfin, pelatihan ini menjadi tonggak penting. Kantin yang sebelumnya berjalan apa adanya, kini mulai menata diri menjadi layanan pendukung rumah sakit yang modern, sehat, dan dipercaya pelanggan. (Humas/Red/SP).

