![]() |
H. Ipong Muchlissoni calon bupati Ponorogo ketika dikonfirmasi acara podcast petaproject bagikan pengalaman berharganya |
PONOROGO, SINYALPONOROGO - H. Ipong Muchlissoni, calon bupati Ponorogo, membagikan refleksi masa kepemimpinannya sebagai Bupati Ponorogo periode 2016–2021 dalam podcast Petaproject.
Dalam kesempatan tersebut, Ipong secara terbuka menanggapi sejumlah kritik yang kerap diarahkan kepadanya, termasuk anggapan bahwa ia arogan dan kurang merakyat dibandingkan pendahulunya, H. Amin.
“Saya akui, Pak Amin memang sosok yang sangat ramah dan merakyat. Undangan sekecil apa pun selalu beliau hadiri. Tapi pendekatan saya berbeda. Bukan berarti arogan, melainkan waktu itu banyak persoalan yang harus segera dibenahi,” ungkap Ipong.
Menurutnya, ketika ia menjabat, Ponorogo berada dalam kondisi berat dengan berbagai permasalahan yang membutuhkan solusi cepat. Ia memilih fokus di kantor, memimpin rapat, dan merancang kebijakan strategis untuk membenahi birokrasi serta infrastruktur.
Ipong meyakini bahwa langkah-langkah tersebut lebih penting daripada sekadar menghadiri acara seremonial.
“Saya tidak ingin hanya sekadar guyon atau hadir di acara-acara tanpa hasil. Esensi kepemimpinan itu bagaimana kebijakan yang dikeluarkan bisa membawa kemaslahatan bagi masyarakat. Itu tujuan saya,” tegasnya.
Ia menjelaskan salah satu kebijakan yang berhasil meningkatkan kondisi Ponorogo, yaitu program 300 juta per desa per tahun. Kebijakan ini membantu memperbaiki infrastruktur jalan secara signifikan.
Berdasarkan data, di akhir masa jabatannya, 590 kilometer jalan dalam kondisi baik, jauh meningkat dibandingkan awal kepemimpinannya hanya 400 kilometer sekian saja.
Namun, ia juga menyoroti kondisi terkini yang menurutnya memprihatinkan. Berdasarkan data tahun 2023, jumlah jalan yang dalam kondisi baik di Ponorogo hanya tersisa sekitar 300 kilometer lebih.
Artinya, terjadi penurunan signifikan dibandingkan akhir masa jabatannya. Ipong menganggap hal ini sebagai kemunduran yang perlu diperbaiki.
Meski begitu, ia menyadari perbedaan karakter antara dirinya dan H. Amin, yang lebih dikenal ramah dan mudah bergaul.
“Bukan menolak untuk berbaur, tapi saya rasa seorang pemimpin harus lebih fokus pada kebijakan yang memberi dampak nyata daripada hanya sekadar membuat rakyat senang tanpa hasil,” ujar Ipong.
Ia juga menambahkan bahwa masa jabatannya tidak lepas dari tantangan besar, salah satunya pandemi COVID-19, yang membatasi interaksinya dengan masyarakat.
Hal ini sering kali disalahpahami sebagai bentuk ketidakpedulian. Namun, bagi Ipong, esensi seorang pemimpin terletak pada kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dalam podcast tersebut, Ipong juga menyoroti kelemahan masa kepemimpinan H. Amin, meskipun diakui memiliki kepribadian yang baik. Salah satu yang menjadi perhatian adalah buruknya kondisi infrastruktur saat itu.
“Pak Amin dikenal supel, tapi banyak jalan rusak yang tidak terselesaikan. Data saat itu hanya sekitar 400 kilometer jalan dalam kondisi baik,” tambahnya.
Di sisi lain, Ipong optimistis dengan visi dan 22 program kerja yang ia tawarkan pada Pilkada mendatang. Ia berharap program-program tersebut dapat menjawab kebutuhan masyarakat Ponorogo dan membawa kabupaten ini menjadi lebih maju.
“Saya belajar dari masa lalu. Masukan masyarakat sangat penting untuk membuat Ponorogo lebih baik ke depannya,” pungkasnya.
Pengakuan Ipong ini menjadi catatan menarik bagi masyarakat Ponorogo yang mungkin selama ini hanya mendengar rumor tentang masa kepemimpinannya. Melalui kesempatan tersebut, ia membuka cerita dari sudut pandangnya, memberi ruang bagi publik untuk menilai dirinya secara lebih objektif.(Red).
Posting Komentar