Reyog dari Balik Jeruji: Sardulo Condrodimuko Rutan Ponorogo Siap Guncang IPPAFest 2025

Semangat, petugas dan WBP berlatih keras bisa tampil maksimal dalam IPPA Fest 2025 di Lapangan Banteng Jakarta 23 April 2025

PONOROGO, SINYALPONOROGO
Dentuman gamelan, gemuruh kendang, dan gemulai tari Reyog menggema setiap hari dari balik tembok tinggi Rutan Kelas IIB Ponorogo. Bukan pertunjukan biasa. Ini adalah suara-suara kebangkitan dari Grup Reyog Sardulo Condrodimuko, kelompok seni yang unik karena dihuni oleh mereka yang selama ini tersisih dari panggung kehidupan: para warga binaan.

Mereka tak sekadar menari. Mereka sedang menyiapkan panggung kehormatan—untuk tampil di ajang nasional Indonesia Prison Performance Art Festival (IPPAFest) 2025, yang bakal digelar 23 April mendatang di Lapangan Banteng, Jakarta.

Latihan sudah dilakukan intensif selama beberapa pekan. Suasana penuh semangat terlihat jelas di lapangan rutan. Petugas dan warga binaan bahu-membahu, tanpa sekat, tanpa jarak. 

"Kami ingin membuktikan, bahwa dari balik jeruji pun seni bisa tumbuh, bahkan membanggakan," ujar salah satu warga binaan.

Kekuatan kelompok ini terletak pada sinergi. Tidak hanya menampilkan pakem tradisional Reyog, tetapi juga menggali sisi batin dari para pemain yang menari dengan jiwanya. 

Koreografi dan artistik mereka diramu oleh Rendi Ferdani, pembina sekaligus penata pertunjukan yang menjadi motor penggerak kreativitas di dalam rutan.

"Kami membawa semangat, bukan sekadar hiburan. Ini adalah ungkapan jiwa, dari dalam tembok yang selama ini dianggap kelam," kata Rendi. 

Ia menambahkan bahwa pertunjukan ini menjadi medium pembinaan karakter—membangun kembali harga diri, kedisiplinan, dan kerja sama warga binaan.

Ikon Budaya, Simbol Pemulihan

Keterlibatan Reyog Sardulo Condrodimuko bukan hanya mewakili Rutan Ponorogo, tetapi juga mengangkat kembali ikon budaya daerah ke panggung nasional. Kepala Rutan Ponorogo menyebut partisipasi ini sebagai bentuk pemasyarakatan berbasis budaya. 

"Ini bukan sekadar penampilan. Ini pembinaan jiwa, mental, dan kebanggaan bersama bagi Ponorogo."

IPPAFest sendiri merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. 

Tujuannya menghapus stigma negatif terhadap narapidana, serta memperlihatkan bahwa proses pembinaan bisa melahirkan karya, bahkan harapan baru.

Di tengah isu-isu pemasyarakatan yang kerap suram, kiprah Sardulo Condrodimuko menjadi narasi tandingan: bahwa seni mampu menjadi jembatan perubahan. Dari balik jeruji, Reyog itu bangkit—mewakili harapan, semangat, dan cita-cita baru yang tak bisa dipenjara.

Penulis : Nanang

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama

🌐 Dibaca :