Bani (60), Warga Desa Pengkol Kec. Kauman terseret arus sungai ketika menyebrang
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Semangat hidup yang tak pernah surut meski usia telah senja, itulah sosok Bani (60), seorang buruh tani asal Dusun Keling, Desa Pengkol, Kecamatan Kauman, Ponorogo.
Selama bertahun-tahun, sungai yang membelah kampungnya menjadi jalan pintas sepulang dari sawah. Namun pada Selasa siang (20/5/2025), Sungai Keling menjadi titik akhir perjalanannya.
Peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 11.00 WIB. Bani yang baru saja pulang dari membersihkan lahan sawah, seperti biasa memilih menyeberangi sungai untuk mempersingkat jarak pulang ke rumah. Namun siang itu, Sungai Keling tengah berarus deras akibat hujan deras di wilayah hulu.
“Tahu-tahu sudah di tengah sungai, berenang. Dari pulang kerja garuk,” ujar Gianti, anak korban, yang melihat langsung kejadian itu.
Menurut Gianti, ayahnya memang terbiasa menyeberangi sungai, kendati jalur tersebut berisiko. Jalur darat yang memutar lebih dari satu kilometer seringkali dihindari karena memakan waktu lebih lama. Bagi Bani, waktu adalah bagian dari kerja—dan kerja berarti hidup.
Namun kali ini, langkah ringannya tak bisa menaklukkan derasnya arus. Ia sempat terlihat berenang, tubuh tuanya bergerak gigih menantang air.
Nyaris sampai di seberang, namun tiba-tiba terseret kembali ke tengah arus dan menghilang sekitar 30 meter dari titik awal.
Hingga Selasa sore, pencarian terus dilakukan. Tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo menyisir aliran sungai secara manual. Bantuan dari tim Basarnas Trenggalek juga telah diminta untuk memperluas upaya pencarian.
“Kami sedang melakukan penyisiran manual sambil menunggu bantuan dari Basarnas Trenggalek,” kata Agung Prasetyo, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo.
Warga sekitar turut berjaga di tepi sungai. Suasana duka dan prihatin menyelimuti desa. Sosok Bani dikenal sebagai pribadi sederhana, pekerja keras, dan tak banyak bicara.
Ia adalah gambaran dari banyak buruh tani lain di pelosok Ponorogo—yang hidupnya terikat pada alam, kadang bersekutu dengannya, kadang harus menyerah padanya.
Tragedi ini menjadi pengingat betapa akses dan keselamatan masih menjadi tantangan serius bagi warga desa yang menggantungkan hidup dari pertanian. Di balik setiap jalan pintas, tersimpan cerita panjang tentang pengorbanan.
Kini, keluarga hanya berharap satu hal: Bani bisa ditemukan. Pulang, meski tak lagi berjalan.
Penulis ; Nanang
Posting Komentar