Griya Reyog Tua Hidupkan Warisan Budaya Lewat Pameran Tosan Aji dan Pagelaran Reog

Agustino, Ketua Grib Jaya DPC Ponorogo mengapreasi kegiatan pameran tosan aji & Akik dan Pagelaran reyog 

PONOROGO, SINYALPONOROGO
 
– Griya Reyog Tua di Desa Sawuh, Kecamatan Siman, Ponorogo, kembali menegaskan diri sebagai ruang budaya alternatif yang layak diperhitungkan. Selama dua hari, 10–11 Mei 2025, tempat ini menjadi saksi semaraknya perpaduan seni tradisional dan pameran budaya dalam rangka Hari Jadi ke-5 Paguyuban Singo Lawu.

Acara yang digelar di pelataran angkringan Griya Reyog Tua ini tidak hanya menyuguhkan pagelaran seni Reyog Ponorogo, tetapi juga menampilkan pameran tosan aji, batu akik, serta koleksi langka reyog tua. 

Para pengunjung sedang asik memperhatikan batu akik dan keris 

Ditutup dengan hiburan musik elekton, suasana menjadi kian meriah dan mampu menarik ratusan pengunjung dari berbagai penjuru.

Budi Maryono, pemilik Griya Reyog Tua sekaligus penggagas acara, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan yang pertama dan diharapkan bisa menjadi agenda tahunan. 

“Kami ingin menghadirkan ruang yang bukan hanya tempat ngopi, tapi juga tempat belajar budaya dan ekonomi bisa ikut bergerak. Dengan pameran tosan aji dan batu akik, pecinta budaya bisa berkumpul, berdiskusi, bahkan bertransaksi,” ujarnya.

Penampilan seni tari ikut memeriahkan hari jadi singo Lawu ke-5

Menurut Budi, hadirnya komunitas pecinta keris dan batu akik turut memberi dampak positif terhadap geliat ekonomi lokal. Pengunjung bukan hanya datang untuk menyaksikan seni, tapi juga tertarik dengan nilai historis dan estetika dari koleksi yang dipamerkan. Beberapa di antaranya bahkan merupakan keris dan topeng reyog yang telah berumur ratusan tahun.

Tak hanya pelestarian, acara ini juga menjadi ruang silaturahmi antar paguyuban. 

"Banyak paguyuban dari luar Ponorogo ikut hadir. Ini bukti kalau budaya bisa jadi perekat sosial sekaligus penggerak ekonomi,” tambahnya.

Budi Maryono (tengah) bersama Agustino dan petugas kepolisian amankan jalannya acara

Agustino, Ketua DPC Grib Jaya Ponorogo yang turut hadir sebagai tamu undangan, memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif ini. 

“Saya bangga melihat inisiatif anak muda Ponorogo seperti ini. Kegiatan ini bukan hanya menjaga budaya, tapi juga menyatukan masyarakat lintas komunitas. Kami sangat mendukung jika ini jadi agenda tahunan,” ucapnya.

Selama dua hari, suasana Griya Reyog Tua pun berubah menjadi ruang perayaan budaya yang hidup. Iringan gamelan reyog, gemuruh penari jathilan, hingga aroma kuliner tradisional dari angkringan menyatu dalam satu kesatuan yang hangat dan memikat. 



Pengunjung bisa menikmati wedang rempah, es ketan, sego lodeh, hingga degan bakar sambil belajar sejarah reyog tua yang dikurasi langsung oleh Budi.

Pameran ini menjadi bukti bahwa pelestarian budaya tak harus selalu melalui gedung megah. Di tangan masyarakat kreatif seperti Budi dan komunitasnya, warisan leluhur bisa tetap hidup, mengakar, dan sekaligus menghidupi.

Datang dan saksikan sendiri semaraknya budaya di Griya Reyog Tua Ponorogo. Dua hari penuh inspirasi, dari siang hingga malam, menyelami jejak sejarah dan harmoni tradisi.

Penulis : Nanang

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama

🌐 Dibaca :