Atika Banowati Ingatkan Pemuda IPPNU: Politik Butuh Kejujuran, Bukan Saling Jegal
Hj. Atika Banowati, SH dalam acara seminar kepemudaan di pendopo Kecamatan Pulung
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi Partai Golkar, Hj. Atika Banowati, SH mengingatkan generasi muda, khususnya IPPNU Ponorogo, agar tidak ragu terjun ke dunia politik. Menurutnya, politik seharusnya dijalankan dengan kejujuran, etika, dan kebersamaan, bukan saling menjegal.
Pesan itu disampaikan dalam rangkaian seminar kepemudaan bertema “Peran Pemuda dalam Mewujudkan Toleransi dan Solidaritas Sosial di Masyarakat” yang digelar 28–29 September 2025 di empat lokasi: Balai Desa Jambon, Hall Maesa Hotel, Rumah Joglo Coper Jetis, dan Pendopo Kecamatan Pulung.
“Jangan gebyah uyah. Masih banyak wakil rakyat yang benar-benar memperjuangkan aspirasi masyarakat. Pemuda harus ambil peran, masuk dalam sistem, menjadi penentu kebijakan sesuai sila keempat Pancasila,” ujar Atika di hadapan ratusan peserta seminar di Pendopo Kecamatan Pulung.
Ia mengaku punya alasan kuat menggandeng IPPNU dalam program kepemudaannya. Selain karena ikatan sejarah keluarganya dengan NU dan Banser di Ponorogo, Atika menilai IPPNU memiliki basis generasi muda yang strategis untuk regenerasi kepemimpinan bangsa.
![]() |
Kompak, seminar tema sosial peran pemuda dalam wujudkan toleransi dan solidaritas sosial di masyarakat |
“Ini pertemuan awal. Ke depan, saya berharap komunikasi ini terus berkesinambungan agar program dan aspirasi masyarakat bisa tersalurkan,” tambahnya.
Atika juga berbagi pengalamannya selama menjadi politisi. Suka duka ia lalui dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
“Kalau kita ikhlas dan sabar, Allah pasti ganti dengan yang lebih baik. Jangan pernah mengambil hak orang lain, karena itu perbuatan zolim. Politik harus dijalani dengan niat baik,” pesannya.
Selain Atika, seminar juga menghadirkan narasumber akademisi, yakni Dr. Arik Dwijayanto (Wakil Rektor Insuri) dan Wahyu Saputra, SHI, MA (dosen UIN Ponorogo). Keduanya mengulas pentingnya toleransi di tengah tantangan intoleransi yang masih menghantui generasi muda.
Mengutip survei CSIS (2022), Wahyu menyebut 82,6 persen pemuda Indonesia mendukung demokrasi, namun praktik intoleransi masih sering terjadi. Ia menegaskan bahwa toleransi bukan hanya soal menerima perbedaan, tetapi juga aktif membangun ruang hidup bersama yang harmonis.
Rangkaian seminar ini menjadi ruang dialog antara politisi, akademisi, dan pemuda. Pesan yang mengemuka jelas: politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, melainkan jalan memperjuangkan keadilan dan aspirasi rakyat dengan kejujuran serta komitmen moral.
Penulis : Nanang