![]() |
Berbagai himbauan dilakukan pemerintah kabupaten Ponorogo dalam rangka pencegahan dan penanggulangan covid-19 di Ponorogo |
SinyalPonorogo - Sebagai upaya melindungi dan menjaga warga dari potensi risiko penularan COVID-19, Pemrov DKI Jakarta mulai menerapkan langkah-langkah Jaga Jarak Aman (social distancing). Demikian posting yang diunggah dalam akun resmi Pemrov DKI.
Dan mulai hari ini (16/3) semua kegiatan belajar-mengajar dilakukan di rumah. Banyak perusahaan juga telah memberlakukan Work From Home (WFH). Agenda acara direschedule atau dibatalkan. Obyek wisata ditutup.
Mirisnya, akhir pekan kemarin ada berita tentang kemacetan di jalur menuju Puncak. Bukanya berdiam di rumah, tapi banyak warga Jakarta yang memilih piknik karena merasa anak-anak sedang “liburan panjang”. Alangkah tidak bertanggungjawabnya!
Apa yang terjadi di Italia seharusnya memberikan pelajaran. Kecerobohan yang dilakukan warganya di saat awal wabah ini terjadi membuat penyebaran virus di negeri itu tak terkendali. Hingga angkanya menjadi terbesar kedua setelah Cina, pusat pandemi.
Apa yang terjadi? Di saat awal pemerintah mengumumkan untuk melakukan social distancing dan tidak keluar rumah bila tidak ada keperluan yang sangat penting, mereka mengabaikannya.
Lalu saat beberapa kota dengan jumlah korban terbanyak di wilayah Italia Utara mulai diisolasi, warga kota itu berbondong-bondong “menyelamatkan diri” kabur dari kotanya menuju Italia Selatan yang dianggap masih “aman”. Akibatnya, hanya dalam hitungan hari yang terjadi adalah superspreader: ledakan penyebaran wabah.
Social Distancing (SD), kata itu menjadi trending topic beberapa hari terakhir. Apa itu? Seperti dilansir CNN, social distancing adalah praktik kesehatan masyarakat yang bertujuan mencegah orang sakit melakukan kontak dekat dengan orang sehat untuk mengurangi peluang penularan penyakit.
Langkah konkretnya adalah mengurangi aktivitas sosial secara bersamaan. Menghindari keramain/tempat berkumpul, menjaga jarak saat berinteraksi, menutup ruang publik, membatalkan acara yang banyak melibatkan kerumunan orang dan sebagainya.
"Tujuan dari social distancing adalah untuk menurunkan laju dan tingkat penyebaran COVID-19 di kota atau komunitas mana pun," tulis Tom Inglesby, Direktur Pusat John Hopkins Center for Health Security.
****
Dalam catatan sejarah, metode ini juga digunakan berkali-kali saat pandemi menyerang suatu negeri. Seperti yang terjadi pada pandemi influenza di Spanyol pada 1918, upaya ini dianggap berhasil menekan angka korban.
Langkah kesehatan yang dinilai efektif oleh manusia modern ini sesungguhnya bukan “ide baru”. Empat belas abad silam, tepatnya 1381 tahun yang lalu, ide social distancing ini sudah dicetuskan oleh sahabat nabi Muhammad SAW, Amru bin Ash, saat diminta memberikan rekomendasi untuk Khalifah Umar ibn Khattab ketika wabah tha’un Amwas melanda negeri Syam. Nama lengkapnya adalah Amru bin Ash bin Wa'il bin Hisyam (583-664) (Arab:عمرو بن العاص).
Selain itu Amru Bin Ash adalah “Pembebas Mesir”. Islam membuka negeri itu bukanlah menurut pengertian yang lazim digunakan di masa modern ini, tetapi maksudnya ialah membebaskannya dari cengkraman dua kerajaan besar yang menjajah negeri ini serta rakyatnya dari perbudakan dan penindasan yang dahsyat, yaitu imperium Persi dan Romawi.
Kisah terkait Amru bin Ash dengan sosal 'Social Distance' adalah begini:
Waktu itu Khalifah Umar sudah kewalahan. Karena wabah yang merenggut 30 ribu nyawa, diantara korbannya adalah para sahabat terbaik, yakni Abu Ubaidah al Jarrah dan Mu’adz bin Jabal.
Amru lalu membuat pengamatan dan memetakan permasalahan. Ia menyimpulkan, penularan terjadi saat orang-orang berkumpul di satu tempat.
Rekomendasinya adalah supaya orang-orang tidak berkumpul, tapi juga tidak kemana-mana, di area yang sudah isolasi.
Akhirnya, penduduk Amwas ada yang sementara tinggal di gunung, di gua, di perkebunan, dan tempat-tempat lainnya. Yang penting tidak berkumpul bersama di satu tempat.
Hasilnya sungguh efektif. Hanya dalam hitungan hari, wabah itu bisa dikendalikan. Tidak ada lagi penularan pada orang-orang yang masih sehat.
Allahu akbar!
Mengapa sahabat Amru bin Ash yang dimintai rekomendasi, padahal ia bukan seorang dokter? Tidak pula menguasai ilmu medis.
Amru bin Ash adalah sahabat yang istimewa, karena menjadi salah satu di antara 4 orang yang mendapat julukan “Orang Arab yang Paling Cerdas”.
Dari mana ide “cemerlang” yang bahkan masih digunakan oleh manusia modern ini didapat? Apakah karena kejeniusannya semata?
Tidak! Melainkan Allah berikan ilham padanya.
Allah berikan “pemecahan masalah” dengan cara yang tak terpikirkan oleh manusia lainnya.
Muhammad Abduh mendefinisikan ilham sebagai. “Perasaan halus di mana jiwa merasa yakin dan terdorong pada apa yang dicarinya, tanpa merasa atau mengetahui dari mana datangnya.(Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Penulis dan Traveller)
Posting Komentar