![]() |
Bupati Ipong dalam berbagai kegiatan selama pandemi covid19 di Ponorogo |
Hal itu penting mengingat dimasa pandemi seperti sekarang ini frekuansi waktu untuk bertemu dengan masyarakat jauh berkurang sehingga ada banyak informasi yang dirasa kurang sehingga terjadi kesalahpahaman dalam memahami berbagai kebijakan pemerintah utamanya menyangkut dengan adanya pandemi covid19.
"Bapak ibu dan saudara semua. Perlu saya sampaikan bahwa di era adaptasi dengan kebiasaan baru sekarang ini maka untuk acara hajatan, yasinan, jamaah di masjid, jumatan, mantenan termasuk reyog an sekarang sudah boleh."ujar Bupati Ponorogo H. Ipong Muchlissoni ketika menghadiri acara panen raya padi organik di desa Prajegan Sukorejo Ponorogo Rabu, 29/7.
Hanya saja meski pemerintah Kabupaten Ponorogo telah mengizinkan berbagai kegiatan di masyarakat seperti normal tapi tetap harus mengikuti protokol kesehatan sehingga penyebaran virus Corona bisa terkendali.
"Sebenarnya kuncinya ada tiga agar penyebaran virus Corona tidak terjadi. Pertama sering cuci tangan pakai sabun, jaga jarak dan pakai masker."terang bupati kepada wartawan.
Selanjutnya, ada banyak muncul pertanyaan di tengah masyarakat. Mengingat semua sudah boleh seolah normal tetapi sekolah hingga kini masih tutup sehingga menimbulkan keresahan di kalangan orang tua. Karena belajar secara daring atau online ternyata tidak memuaskan wali murid bahkan pengeluaran untuk belajar secara daring menguras kocek para wali murid.
Mendengar pertanyaan itu, bupati dengan cepat menjelaskan mengapa hingga kini anak sekolah masih diliburkan disaat semua kegiatan perekonomian di Ponorogo di normalkan alias boleh dilakukan.
Dikatakan bupati, bahwa anak sekolah itu berbeda dengan warga masyarakat dewasa yang sudah bisa nalar ketika ada instruksi untuk jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan bisa memahaminya. Tapi jika anak sekolah akan sangat sulit, dan anak-anak cenderung berkerumun dengan temannya. Ditambah ruangan yang hanya segitu di isi banyak siswa dan paling tidak dalam satu kelas ada lebih 30 anak.
Ditambah waktu masa belajar di sekolah juga relatif lama mulai jam 7 pagi sampai jam satu siang atau rata-rata sekitar 6 jam. Berbeda dalam suatu kegiatan masyarakat tak lebih dari 2 jam. Dari situ jelas, mengapa sekolah belum diijinkan masuk karena resiko untuk tertular dan menularkan di sekolah cukup tinggi.
Untuk itu, dalam kesempatan itu pihaknya mengajak kepada seluruh masyarakat untuk bisa memahami kondisi tersebut. Dan kunci agar pandemi ini segara berakhir ada disiplin dan jalankan protokol kesehatan dengan baik dan benar.(NR)
Posting Komentar