Wisata Sawah Lungguh Desa Bareng: Gagal Jadi Destinasi, Anggaran Desa Terbuang Sia-sia?

Ikon WSL Desa Bareng Pudak Kabupaten Ponorogo 

PONOROGO, SINYALPONOROGO
  – Wisata Sawah Lungguh (WSL) yang terletak di Desa Bareng, Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo, kini tinggal kenangan. Sejak didirikan pada 2019, objek wisata yang sempat digadang-gadang menjadi destinasi unggulan desa ini tak lagi beroperasi. Kondisi fasilitas seperti kolam pemancingan, kafe, taman, hingga gazebo kian memprihatinkan. 

Lapuk dimakan usia dan dikelilingi rumput liar, WSL menjadi bukti nyata kegagalan perencanaan yang menghabiskan dana desa ratusan juta rupiah.

Kolam pemancingan WSL juga kini tidak difungsikan lagi...

Saat dikunjungi pada Senin (2/12/2024) pukul 11.30 WIB, lokasi terlihat sepi dan sunyi. Tak ada aktivitas kecuali aula desa yang sesekali digunakan untuk kegiatan internal. Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengatakan, 

“Awalnya ramai, tapi setelah itu sepi. Kolam pemancingan, kafe, dan gazebo tidak difungsikan lagi.”katanya.

Sepi Pengunjung, Salah Perencanaan?

Ketua BUMDes Desa Bareng, Romdhoni, mengungkapkan bahwa WSL resmi ditutup sejak 2023. “Pengunjung sepi, fasilitas banyak yang rusak, jadi WSL tidak bisa berjalan. Soal anggaran pembangunan, saya tidak tahu detail, karena semua diatur oleh pihak desa,” jelasnya.

View WSL sebenarnya sangat bagus sehingga sempat rame diawal pembukaan 

Jahidin, Carik Desa Bareng, mengakui bahwa sejak dua tahun terakhir, WSL praktis vakum. “Respon masyarakat kurang, pengelolaan tidak maksimal, fasilitas rusak. Sementara ini fakum dulu, sambil menata ulang rencana ke depan,” ujarnya. 

Ia juga menambahkan bahwa setiap tahun dana desa dialokasikan untuk pembangunan fasilitas WSL, tetapi hasilnya nihil. Infrastruktur jalan menuju lokasi yang rusak juga menjadi salah satu penyebab utama sepinya pengunjung.

Investasi Besar, Hasil Nol

Sejak awal, WSL diharapkan menjadi ikon wisata Desa Bareng dengan patung petani sebagai simbol. Namun, buruknya perencanaan dan pengelolaan justru menjadikan WSL sebagai proyek gagal. 

Aula Desa Bareng di WSL sampai sekarang sesekali masih digunakan untuk kegiatan internal Desa 

Anggaran desa yang seharusnya digunakan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat malah habis tanpa hasil.

Menurut pantauan, lokasi sebenarnya memiliki potensi dari segi pemandangan. Namun, akses jalan yang rusak parah membuat pengunjung enggan datang. 

“Sebenarnya view bagus, tapi pengelolaan dan akses tidak mendukung. Akhirnya semua fasilitas rusak,” kata warga lainnya.

Saat dikonfirmasi, Kepala Desa Bareng, Yahudi, enggan memberikan keterangan langsung. “Saya masih ada acara di kota, nanti saja kita ketemu di sana,” ucapnya singkat.

Harapan WSL Bangkit Kembali

Meskipun tutup permanen, pihak desa masih menyimpan harapan untuk menghidupkan kembali WSL. Namun, tanpa perencanaan matang dan pengelolaan profesional, kebangkitan ini akan sulit terwujud. 

Kasus WSL seharusnya menjadi pembelajaran bagi desa-desa lain agar tidak gegabah dalam mengelola dana desa. Pengawasan dan partisipasi masyarakat harus menjadi kunci keberhasilan setiap proyek desa.

Apakah WSL akan kembali bangkit atau hanya menjadi monumen kegagalan pembangunan desa? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, satu yang pasti, ratusan juta dana desa yang telah digelontorkan untuk WSL kini terbuang percuma, meninggalkan luka bagi masyarakat Desa Bareng.(Nang).

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama

🌐 Dibaca :