REAKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN SEBAGAI LOKOMOTIF PERJUANGAN KADER HMI

Penulis adalah : Heru Saputro, SH
Ketua HMI 2023-2024

Dinamika yang muncul di tengah-tengah pemikiran kader HMI telah berdampak pada multisektor, khususnya dalam bidang agama, dan politik yang hingga dewasa ini masih terus-menerus diperdebatkan dikalangan kader HMI. 

Seiring berjalannya waktu kader-kader HMI dituntut untuk memiliki kebebasan berfikir sebagaimana yang dicetuskan oleh Nurcholish Madjid saat beliau menjadi kader HMI. 

Cak Nur merumuskan NDP (Nilai-nilai Dasar Perjuangan) yang merupakan gambaran ketika seseorang menjadi kader HMI dianggap faham Islam sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an. 

Secara doktrin yang terkandung dalam NDP bukan semata-mata ajaran yang bertentangan dengan Islam, melainkan formulasi kembali atas Al-Qur’an yang akhirnya tertuang menjadi suatu kepribadian kader HMI guna mewujudkan amanat Tuhan sebagai khalifah fil-ardhi.

Sejak dibentuknya, HMI bukanlah sebuah organisasi politik, melainkan penerapan dalam NDP mengajarkan ajaran tentang perjuangan kebenaran dan kemanusiaan yang menjadi landasan kuat dalam HMI. 

Karakteristik gerakan HMI sejak berdirinya HMI ialah tidak memisahkan gerakan politik dengan gerakan keagamaan. Berpolitik dalam HMI merupakan suatu keharusan, sebab guna mewujudkan cita-cita dan tujuan HMI haruslah dilakukan juga secara politis. 

Sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Lafran Pane, bahwa bidang politik tidak mungkin dipisahkan dari HMI, sebab itu sudah merupakan watak asli HMI semenjak didirikannya. 

Akan tetapi bukan berarti menjadi organisasi politik, karena HMI lahir sebagai organisasi kemahasiswaan, yang menjadikan nilai-nilai Islam sebagai landasan teologisnya dan kampus adalah wahana aktivitasnya, serta mahasiswa Islam adalah anggotanya.

Semenjak Nurcholis Madjid wafat, HMI mengalami kemunduran, hal itu dipertegas sebagaimana dalam bukunya Agus Salim Sitompul yang berjudul “44 Indikator Kemunduran HMI”. 

Namun semasa hidupnya Cak Nur sering dianggap sebagai bagian dari Islam Liberal oleh masyarakat yang ber stigma negatif. Bagi Cak Nur sendiri, untuk mencapai proses Liberalisasi dalam Islam hanya menekankan pada paradigma dalam proses pencarian jati diri tentang Keislaman. 

Cara pandang Cak Nur kemudian diikuti oleh Ulil Abshar Abdallah namun cara yang dilakukan dala meliberalisasi Islam sangat ekstrim ketimbang Cak Nur.

Hingga dewasa ini HMI dikenal sebagai organisasi yang memiliki tiga aliran yakni; Akbar Tanjung, Cak Nur, dan Munir Said Thalib. Ketiga aliran tersebut memiliki orientasi yang berbeda-beda yakni; politik praktis, intelektual, dan perjuangan kebebasan. 

Mayoritas kader HMI lebih memilih aliran Akbar Tanjung, karena apa yang diwariskan oleh Akbar Tanjung kepada kader HMI dianggap sangat menjanjikan.

Mengingat pentingnya pemahaman politik bukan hanya sekedar kekuasaan, disaat yang bersamaan upaya yang musti dikampanyekan adalah menjadikan HMI sebagai lokomotif perjuangan dalam mentransformasikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin dibangun yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.

Dalam konteks ini, NDP menjadi penting yang secara terus-menerus direaktualisasikan oleh setiap kader HMI sebagai instrumen gerakan. Menjadikan NDP bukan sekedar doktrin, melainkan terdapat nilai-nilai yang mencakup aspek teologis, kosmologis, dan antropologis. 

Disaat yang bersamaan, guna mereaktualisasikan nilai-nilai yang termaktub dalam NDP juga diiringi dengan komitmen secara terus-menerus untuk tetap berada dijalur kebenaran.***

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama

🌐 Dibaca :