Prof. Dr. KH. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag.
Ketua MUI Ponorogo sekaligus pendakwah
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Ramadhan telah berlalu, namun semangatnya tak seharusnya ikut pergi. Dalam kajian rutin Selasa sore ba’da Ashar di Musholla Al-Islah, lingkungan Kantor KPP Pratama Ponorogo (22/4/2025), Prof. Dr. KH. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag. menyampaikan pesan mendalam soal makna bulan Syawal yang kerap luput dari perhatian umat.
Menurut Prof. Luthfi, bulan Syawal sejatinya bukan penutup ibadah, melainkan momentum peningkatan kualitas keimanan dan konsistensi ibadah setelah Ramadhan yang penuh limpahan pahala.
“Bulan Ramadhan itu spesial. Allah obral pahala: ibadah sunnah diganjar seperti wajib, yang wajib dilipatgandakan hingga 70 kali, bahkan lebih,” ungkapnya.
Namun, justru karena Ramadhan memiliki batas waktu, Rasulullah SAW menyebut kepergiannya sebagai musibah.
“Ramadhan membawa semangat dan keberkahan. Saat pergi, ia meninggalkan kehampaan bagi mereka yang tak mampu menjaga ritmenya,” lanjutnya.
Fenomena melemahnya semangat ibadah pasca-Ramadhan menjadi sorotan. Masjid dan musholla yang semarak saat Ramadhan, perlahan sepi. Jamaah yang rajin selama bulan puasa, mulai jarang terlihat.
“Ini yang Rasulullah khawatirkan. Setelah Ramadhan, ibadah kembali lemah, kebiasaan baik ditinggalkan. Maka ini bukan kemenangan,” tegasnya.
Prof. Luthfi menyampaikan bahwa keberhasilan seseorang dalam menjalani Ramadhan diukur dari kemampuan menjaga semangat ibadah di bulan Syawal dan seterusnya.
“Bukti kita sukses di Ramadhan adalah munculnya buying religius—kebiasaan ibadah yang terus dilanjutkan. Ini pertanda Ramadhan memberi bekas,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya istiqamah sebagai ciri muslim berkualitas. “Orang beriman, entah dalam keadaan punya atau tidak punya, tetap beribadah tanpa berubah. Dan Allah menjamin hidupnya tenang karena pasrah atas segala ketentuan-Nya,” tuturnya.
Ceramah ini menjadi pengingat bagi umat Islam agar tidak menjadikan Ramadhan sebagai musim ibadah sesaat. Justru, Syawal adalah waktu menguji konsistensi spiritual setelah tempaan Ramadhan.
Penulis : Nanang
Posting Komentar