![]() |
Agus Pramono, ketua satgas Percepatan pencegahan penyebaran covid-19 Kabupaten Ponorogo |
Dalam upaya tersebut, Pemkab segera berkoordinasi dengan seluruh Stakeholder yang ada di Ponorogo. Pun berkoordinasi dengan Forkopimda, seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Pondok Pesantren, Organisasi Kemasyarakat, Organisasi Wanita dll. Pemkab Ponorogo juga mengambil sikap sesuai instruksi Gubernur Jawa Timur untuk meliburkan anak usia sekolah sampai tanggal 30 Maret 2020 juga telah dilaksanakan.
Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni, dalam berbagai kesempatan juga menyampaikan himbauan kepada masyarakat untuk tidak panik, tetapi tetap waspada dalam menghadapi pandemik corona ini.
"Tidak usah panik, tetap tenang. Kita sebagai umat muslim selalu melakukan cuci tangan dengan cara berwudlu minimal lima kali sehari,” ungkapnya di Masjid Baitul Mu’minin, Kelurahan Pakunden, Kecamatan Ponorogo, Kamis (19/3/2020).
Dia menyebutkan kegiatan yang sifatnya mengumpulkan massa banyak dilarang untuk dilaksanakan. Juga seluruh tempat hiburan, wisata juga ditutup.
"Kegiatan tilik desa dan pengajian umum yang menjadi salah satu program unggulan untuk menyapa masyarakat untuk sementara saya hentikan. Termasuk car free day di Jalan Suromenggolo juga untuk sementara ditiadakan," terangnya.
Bupati Ipong juga mengistruksikan kepada masyarakat untuk mencegah penularan COVID-19 dengan melakukan social distancing. Bagi yang merasakan batuk atau flu, karena dengan cara seperti itu bisa memutus rantai perkembangan COVID-19.
Selain itu, terlihat nuansa berbeda di beberapa titik kantor pemerintahan.
Pasalnya saat ini selalu ditemui fasilitas cuci tangan bagi masyarakat maupun pegawai. Fasilitas itu sebagai upaya menghindari penyebaran virus corona. Mengutip berita yang dilansir sebelumnya, dalam keterangannya, Kepala Dinas PUPKP, Jamus Kunto menyampaikan bahwa hasil pendataan sementara, ada sekitar 120 titik yang akan dibangun fasilitas cuci tangan. Baik itu di kantor pemerintah, pasar, dan ruang publik lainnya, dan kemungkinan akan terus bertambah.
“Kita sedang menginventarisir lokasi yang perlu dipasangi. Kita juga melakukan pengukuran untuk perpipaan, menentukan lokasi kran, watafel, dan pembuangan air di berbagai tempat. Kita akan membangun tempat cuci tangan di banyak tempat umum di Ponorogo”, terang Jamus.
Untuk mencapai target penanggulangan menyebarnya virus corona, Pemerintah juga melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat secara massif. Melalui berbagai siaran radio, media massa, selebaran, juga baliho berukuran besar yang tersebar di 22 titik di berbagai sudut wilayah ponorogo.
Selain itu, hampir semua puskesmas yang ada di Ponorogo juga melakukan edukasi kepada masyarakat melalui siaran keliling maupun praktek mencuci tangan dengan benar.
Untuk diketahui, menurut data dari Satgas penanggulangan Corona, masyarakat Ponorogo belum ada yang terpapar suspect virus Corona, sedangkan jumlah Orang Dalam Resiko (ODR) mencapai 568 orang. ODR ini didominasi orang yang pulang dari luar negeri sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) maupun masyarakat yang baru pulang menunaikan ibadah Umroh.
Orang Dalam Pemantauan (ODP) sebesar 24 orang. Seseorang dikatakan masuk dalam kategori ODP bila ia sempat bepergian ke negara lain atau daerah yang merupakan pusat penyebaran virus corona. Sedangkan untuk Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 1 orang, orang yang masuk ke dalam kategori ini sudah dirawat oleh tenaga kesehatan (menjadi pasien) dan menunjukkan gejala sakit seperti demam, batuk, pilek, dan sesak napas.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Pemkab Ponorogo sudah menginstruksikan kepada Rumah Sakit yang ada di Ponorogo untuk menyediakan 23 kamar isolasi untuk perawatan pasien COVID-19, dengan rincian 10 kamar di RSUD Dr. Hardjono, 5 kamar di RS Aisyiyah, 3 kamar di RS Darmayu dan RS Muhammadiyah, serta 2 kamar di RS Muslimat. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Ponorogo juga akan menanggung seluruh biaya perawatan pasien COVID-19 sejak dirawat di Rumah Sakit. (humasPNG/anf)
Posting Komentar