Darurat Transportasi Pelajar: Operasi Semeru Bongkar Realita yang Terabaikan
![]() |
Assoc. Prof. Dr. Muhamad Fajar Pramono, M.Si Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Ponorogo |
PONOROGO, SINYALPONOROGO – Operasi Semeru yang digelar jajaran kepolisian bukan sekadar razia lalu lintas. Di balik deretan pelajar yang ditindak karena mengendarai sepeda motor tanpa SIM, tersembunyi persoalan mendasar yang selama ini luput dari perhatian serius: ketiadaan transportasi publik yang layak, aman, dan terjangkau bagi anak sekolah.
Setiap pagi, jalan-jalan poros di Ponorogo dijejali sepeda motor yang dikendarai pelajar, sebagian besar tanpa SIM, bahkan tak jarang masih di bawah umur. Fenomena ini bukan hal baru. Sudah menjadi pemandangan tahunan di awal tahun ajaran baru, namun solusinya belum juga hadir secara sistemik.
Assoc. Prof. Dr. Muhamad Fajar Pramono, M.Si, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Ponorogo, menilai bahwa banyaknya pelajar yang naik motor bukan sekadar masalah kedisiplinan, melainkan konsekuensi dari ketiadaan opsi transportasi yang memadai.
“Ini bukan semata soal melanggar aturan. Ketika negara tidak menyediakan sarana transportasi yang aman dan terjangkau, maka anak-anak akan mencari jalannya sendiri — meski itu berbahaya,” tegas Prof. Fajar kepada Sinyal Ponorogo, Rabu (23/7/2025).
Menurutnya, jika ingin menertibkan pelajar dalam berlalu lintas, maka perlu ada pendekatan struktural, bukan hanya penindakan.
“Anak-anak harus fokus belajar, bukan bertaruh nyawa di jalanan. Pemerintah daerah bersama DPRD harus segera berani mengambil langkah: hadirkan bus sekolah, rancang sistem transportasi publik yang menyasar kawasan pendidikan,” tegasnya.
Transportasi Sekolah, Keniscayaan yang Tertunda
Prof. Fajar mengingatkan bahwa penyediaan transportasi pelajar bukan soal mewah, tapi keharusan. Ia mengusulkan agar Pemkab menggandeng pengusaha otobus lokal lewat skema subsidi, sehingga sektor swasta tetap untung dan siswa tak terbebani biaya.
“Kalau dibiarkan seperti ini terus, kita sedang memelihara bom waktu. Kecelakaan pelajar di jalan raya bisa menimpa siapa saja, dan negara tak boleh abai. Ini soal keselamatan generasi muda,” lanjutnya.
Antara Regulasi, Bisnis, dan Keselamatan
Di sisi lain, keberadaan dealer sepeda motor yang gencar menawarkan kredit murah turut menjadi tantangan. Promo “DP nol rupiah” membanjiri iklan di pelosok desa, menyasar keluarga dengan anak sekolah. Dalam situasi tanpa angkutan publik, motor jadi pilihan rasional meski penuh risiko.
“Pemerintah perlu punya keberpihakan. Jangan hanya tergoda pendapatan dari pajak kendaraan, tapi mengabaikan keselamatan anak-anak kita,” ujar Prof. Fajar.
Saatnya Memulai
Transportasi massal pelajar bukan angan-angan. Beberapa daerah sudah membuktikan bahwa dengan perencanaan yang baik dan kemauan politik yang kuat, sistem itu bisa berjalan. Jadwal tepat waktu, armada layak, rute yang terintegrasi, serta tarif bersubsidi adalah solusi yang layak diperjuangkan.
Karena sesungguhnya, tidak ada pembangunan sumber daya manusia tanpa memastikan keselamatan mereka sejak dari rumah hingga ruang kelas.
Penulis : Nanang