Jala Bentang Nelayan Waduk Bendo Disorot, Pemancing Kecewa: Ikan Habis, Ekosistem Terancam

Para nelayan mencari ikan di hulu Waduk Bendo dengan menggunakan jala, bahkan ada yang menggunakan jala bentang...

PONOROGO, SINYALPONOROGO
  – Aktivitas sejumlah nelayan di hulu Waduk Bendo, tepatnya di kawasan Desa Ngadirojo, Kecamatan Sooko, mulai menuai sorotan tajam. Penggunaan jala bentang, alat tangkap yang membentang luas dari sisi ke sisi permukaan waduk, dinilai merusak keseimbangan ekosistem dan menggerus hak warga lain untuk menikmati sumber daya alam bersama.

Warga sekitar dan para pemancing mengeluh karena populasi ikan kian menipis. Satu di antaranya, Agung, warga Ponorogo yang rutin memancing di kawasan tersebut, mengaku kecewa berat.

Ia menilai, para pemancing kini hanya bisa duduk pasrah melihat nelayan mengambil ikan dalam jumlah besar, tanpa menyisakan ruang harapan.

“Hanya bisa nyawang saja, Mas. Mancing jam-jaman panggah ora entuk (tetap tidak dapat ikan),” gerutunya.

Berdasarkan pengamatan warga, nelayan yang menggunakan jala bentang mampu mengumpulkan hasil tangkapan hingga 30 sampai 50 kilogram ikan per hari. Semua jenis ikan, dari yang kecil hingga besar, tersapu habis dalam jaring mereka.

“Ikan kecil pun ikut terangkat. Padahal kita tahu, setiap tahun pemerintah daerah dan bahkan pihak swasta sering menebar benih ikan di waduk ini. Tapi kalau diambilnya pakai jala bentang, ya percuma saja. Habis juga,” terang Agung kepada awak media Rabu, 11 Juni 2025.

Situasi ini juga berdampak pada sektor wisata yang sempat tumbuh di sekitar Waduk Bendo. Kawasan ini sebelumnya cukup ramai dikunjungi pemancing dari berbagai daerah serta wisatawan yang menikmati wahana perahu. Kini, pemancing mulai enggan datang karena peluang mendapatkan ikan hampir nihil.

“Kalau sekadar pakai jala biasa atau alat pancing tradisional, kita masih bisa toleransi. Tapi kalau begini, yang lain tidak bisa menikmati. Waduk ini jadi seperti milik pribadi,” imbuh Agung.

Ancaman Ekosistem dan Masa Depan Wisata

Jala bentang memang dikenal sebagai alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Ia menyapu bersih seluruh ikan yang melintas, tanpa pandang usia atau ukuran. Jika praktik ini dibiarkan terus-menerus, bukan hanya populasi ikan yang terancam, tapi juga ekosistem air dan keberlanjutan waduk itu sendiri.

Pencari ikan menggunakan jala bentang sangat disayangkan warga...

Warga berharap Pemerintah Kabupaten Ponorogo segera turun tangan. Selain perlu adanya edukasi kepada nelayan, juga dibutuhkan pengawasan dan regulasi khusus yang mengatur alat tangkap di kawasan waduk.

“Kalau terus dibiarkan, nanti tidak ada lagi yang bisa dinikmati. Ikan habis, wisata sepi, dan lingkungan rusak. Waduk ini bukan cuma tempat cari uang, tapi aset milik bersama,” pungkas Agung.

Waduk Bendo, yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2021, sejatinya dibangun bukan hanya sebagai infrastruktur pengairan, tetapi juga sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru: dari irigasi, pariwisata, perikanan hingga konservasi.

Keberlanjutannya harus dijaga, bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk generasi Ponorogo di masa depan.(Nang/SP/Red).

9/Post a Comment/Comments

  1. Bicara mengenai kesadaran terhadap lingkungan dan alam sekitar memang masih menjadi pembelajaran besar bagi masyarakat kita,pihak terkait harus bergerak cepat' dan tegas agar keberlangsungan waduk Bendo tetap terjaga,ini fasilitas milik bersama jadi adab dan etika dalam mengeksploitasi suatu aset milik bersama jg harus melihat kebutuhan dan hak orang lain

    BalasHapus
  2. Orang jala dan jaring tabrak harus di larang dan beri sangsi penjara/denda uwang dan pihak polisi,kecamatan,lurah harus tegas

    BalasHapus
  3. Harus ada regulasi terkhusus untuk penangkapan ikan skala besar seperti itu, misal hanya boleh di bagian hulu, tengah atau hilir saja. Jangan semua tempat dari mulai hulu sampi hilir dipasang jaring bentang.

    BalasHapus
  4. Lurahnya aja mlempem kok apalagi masarakatnya... Istilah kasarnya g ngurus kono kono wes sak karepmu...

    BalasHapus
  5. Pemancing di ds ngadirojo sudah takseramia tahun sebelumnya bahkan sangat jarang. Pata penghobi mancing yang juga ingin menikmati hasil dari bendungan bendo merasa sangat dirugikan dengan adanya jaring bentang yan kian hari semakin banyak jumlahnya tanpa ada pihak yang mengawasi keberadaanya

    BalasHapus
  6. Bukan hanya jaring bentang tp kurangnya kesadaran saat menjala.
    Banyak spot yg dibuat jadi sasaran menjala tanpa melihat didekatnya ada yg memancing atau spot memancing.

    BalasHapus
  7. Jumlah jaring bentang di bendungan bendo semakin merajalela, para penghobi mancing sangat merasakan imbasnya seiring populasi ikan yang turun sangat drastis.
    Dihadirkan jika jaring bentang tidak segera ditertibkan pihak dinas terkait akan terjadi kelangkaan populasi biota di bendungan bendo

    BalasHapus
  8. Usaha dari dinas maupun komunitas pencinta mancing dan individu yang setiap tahun menabur benih ikan akan berujung sia sia

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

🌐 Dibaca :