Rambut Cepak, Disiplin Mantap: Tradisi SMK PGRI 2 Ponorogo Sambut Siswa Baru

Edi Priyono Waka Kesiswaan SMK PGRI 2 Ponorogo dampingi anak-anak jalani pemotongan rambut anak didik baru

PONOROGO, SINYALPONOROGO
 
– Suara desing alat cukur berpadu cakap tukang potong rambut terdengar bergantian di salah satu ruangan khusus di SMK PGRI 2 Ponorogo sejak Senin, 7 Juli 2025. Bukan tanpa alasan, ratusan siswa baru sekolah kejuruan terbesar di Kota Reyog itu tengah menjalani tradisi tahunan: pemotongan rambut ala militer.

Tradisi ini menjadi gerbang awal sebelum siswa-siswa baru resmi mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). 

“Sudah menjadi kewajiban. Rambut cepak adalah simbol disiplin dan kesiapan mental siswa untuk masuk dunia SMK,” tutur Edi Priyono, Waka Bidang Kesiswaan sekaligus Ketua Panitia Sistem Penerimaan Murid Baru  (SPMB) SMK PGRI 2 Ponorogo, saat ditemui Sinyal Ponorogo, Senin (7/7/2025).

Pelaksanaan cukur massal dibagi dalam lima gelombang selama sepekan, hingga Jumat (11/7/2025). Tiap hari, sekitar 70 hingga 80 siswa dijadwalkan datang bergantian. 

“Kami siapkan ruangan khusus untuk proses cukur, supaya lebih tertib dan nyaman. Anak-anak antre menunggu giliran mereka dipanggil masuk,” ujar Edi.

Tahun ini, sekolah sengaja menghadirkan sembilan tukang potong rambut khusus yang seluruhnya merupakan warga sekitar sekolah. “Selain demi kelancaran proses, ini juga sekaligus bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar,” imbuhnya.

Lebih dari Sekadar Gaya

Tradisi rambut cepak di SMK PGRI 2 Ponorogo bukan semata urusan penampilan. Ada nilai praktis dan filosofis di baliknya. 

“Anak-anak yang berambut panjang sering terganggu saat praktik bengkel karena harus merapikan rambut. Dengan rambut cepak, mereka lebih nyaman, lebih rapi, dan terlihat gagah,” jelas Edi.

Para orang tua pun menyambut baik kebijakan ini. “Banyak wali murid justru senang melihat anaknya berambut pendek, rapi, dan disiplin,” tambahnya.

Agus Pariadi, Plt. Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo, menegaskan sekolah memang menanamkan budaya disiplin sejak awal. 

“Setiap pagi ada petugas khusus di gerbang sekolah yang memeriksa kerapian, mulai dari atribut seragam hingga rambut. Kalau ada yang melanggar, langsung dibina,” ungkap Agus.

Disiplin di sekolah, menurut Agus, adalah modal awal menyiapkan siswa menghadapi dunia kerja, terutama di bidang teknik yang menjadi konsentrasi sekolah ini.

Tes Psikologi Usai Cukur

Usai sesi potong rambut, para siswa tidak langsung pulang. Mereka diarahkan mengikuti tes psikologi yang bekerja sama dengan Ceria Centre Konsulting Psychology Madiun. Tes ini untuk memetakan minat dan bakat siswa, sekaligus mendeteksi potensi masalah psikologis sejak dini.

“Supaya kami tahu bagaimana mengarahkan anak-anak. Kalau dari awal sudah terdeteksi minat bakatnya, nanti lebih mudah menentukan pembimbingan ke jurusan yang tepat,” jelas Agus.

Siswa Senang, Orang Tua Tenang

Muhammad Alif Hakim, siswa baru jurusan Teknik Alat Berat (TAB), tampak sumringah usai rambutnya dirapikan. Baginya, rambut cepak justru mendukung penampilan. 

“Senang saja sih, malah kelihatan rapi. Apalagi kalau praktek, enggak ribet harus ngerapiin rambut,” katanya.

Bagi Alif dan rekan-rekannya, tradisi cukur massal bukanlah paksaan, melainkan tanda awal petualangan baru. Mereka bersiap menapaki dunia teknik, disiplin, dan kerja keras — nilai-nilai yang diusung SMK PGRI 2 Ponorogo.

Bagi sekolah, setiap helai rambut yang jatuh tak sekadar soal penampilan, melainkan bentuk investasi jangka panjang membentuk karakter disiplin, tanggung jawab, dan kesiapan mental generasi penerus bangsa.

“Karena disiplin bukan hanya soal rambut, tapi juga masa depan,” pungkas Agus Pariadi.

Penulis : Nanang

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama
sinyalponorogo.com

🌐 Dibaca :