Guru Berlenggak dengan Busana Tradisi: Dinas Pendidikan Ponorogo Gelar Fashion Show Peringati Kartini dan Hardiknas

Penampilan salah satu peserta lomba pakaian budaya diatas catwalk peringati Hardiknas dan Kartini 

PONOROGO, SINYALPONOROGO
– Jalan HOS Cokroaminoto, Minggu (18/5/2025), berubah menjadi catwalk budaya yang memukau. Di sana, puluhan guru dari berbagai jenjang pendidikan berjalan penuh percaya diri, membawakan busana khas daerah dan modern dalam gelaran fashion show bertajuk “Perempuan Berdaya, Pendidikan Berjaya, Inspirasi dalam Budaya dan Literasi”.

Kegiatan yang digagas oleh Bidang PMPTK Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo itu bukan sekadar peragaan busana biasa. Di balik tampilan penuh warna dan gaya, terselip pesan kuat tentang pemberdayaan perempuan, kecintaan terhadap budaya lokal, dan pentingnya literasi dalam dunia pendidikan.

Sebanyak 36 guru tampil memikat, mengenakan busana dengan sentuhan kreatif dari kain tradisional, bahan daur ulang, hingga rancangan kontemporer. 

Ada yang membawa properti khas, ada pula yang menyelipkan simbol literasi dalam motif busana mereka. Semua ditata secara detail untuk memenuhi unsur penilaian—dari tema, performa, hingga kreativitas.

“Kami ingin menunjukkan bahwa guru bukan hanya pengajar, tapi juga inspirator budaya dan agen perubahan,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo, Drs. H. Nurhadi Hanuri, M.M., saat membuka acara. “Melalui fashion show ini, kita belajar bahwa literasi bisa hadir dalam berbagai bentuk, bahkan dari panggung busana.”

Menurut Nurhadi, kegiatan ini sengaja dilaksanakan bertepatan dengan momentum Hari Kartini dan Hardiknas sebagai refleksi akan peran penting perempuan dalam dunia pendidikan. 

“Perempuan tidak hanya pelengkap, tapi penggerak utama literasi dan karakter anak bangsa,” imbuhnya.

Yang membuat acara ini berbeda adalah keharusan tiap peserta untuk menghadirkan unsur literasi. Tidak melulu dalam bentuk tulisan atau buku, tapi bisa diwujudkan melalui interpretasi busana, narasi personal dalam presentasi, hingga ornamen-ornamen simbolik yang mewakili nilai-nilai kearifan lokal.

Pihak panitia bahkan menggandeng juri dari kalangan fashion designer profesional, praktisi tata busana, hingga perwakilan dinas terkait. 

Penilaian dilakukan secara objektif, mengacu pada kesesuaian tema, keunikan desain, dan pesan yang disampaikan dalam penampilan.

Acara ini tak hanya disambut meriah oleh peserta, tapi juga menyita perhatian masyarakat yang memenuhi trotoar sepanjang jalan. 

Banyak yang terinspirasi dan merasa terwakili—bahwa pendidikan bisa tampil seindah ini, dan perempuan bisa bersinar tanpa harus meninggalkan identitas budayanya.

“Ini bukan hanya soal tampil cantik. Ini tentang makna, tentang pesan kuat dari para guru yang ingin menunjukkan bahwa mereka bisa jadi pelita, tak hanya di kelas, tapi juga di ruang publik,” kata salah satu penonton yang hadir bersama keluarganya.

Dengan kegiatan seperti ini, Dinas Pendidikan Ponorogo menunjukkan pendekatan baru dalam memperingati hari besar nasional: lebih membumi, lebih inklusif, dan lebih menggugah kesadaran kolektif akan pentingnya budaya dan literasi dalam pembangunan pendidikan.

Penulis : Nanang

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama

🌐 Dibaca :